Pengepungan Leningrad (1941-1944)

Pengepungan Leningrad

Pada musim panas tahun 1941, Nazi menginvasi Uni Soviet, dan tentara Jerman memulai pengepungan Kota Leningrad yang berlangsung lama sejak bulan September tahun yang sama. Selama beberapa bulan berikutnya, Uni Soviet berupaya keras untuk membangun jalur pasokan dari dalam kota serta mengevakuasi penduduknya.

Koridor darat berhasil dibuka pada bulan Januari 1943, dan Tentara Merah akhirnya berhasil memukul mundur Jerman pada tahun berikutnya. Pengepungan ini berlangsung selama hampir 900 hari dan menyebabkan lebih dari 1 juta warga sipil meninggal dunia.

Hitler bersama Marsekal Carl Gustaf Mannerheim dan Presiden Finlandia, Risto Ryti selama pertemuan di Imatra pada tahun 1942 tengah membahas blokade Leningrad.

Setelah keberhasilan awal yang luar biasa dalam Operasi Barbarossa, pasukan Jerman dan Finlandia mengepung Kota Leningrad. Sepanjang musim panas tahun 1941, pasukan Angkatan Darat Jerman berupaya mengatasi perlawanan dari Tentara Merah yang berusaha mencegah Jerman mengisolasi dan merebut kota sebelum musim dingin tiba. Dalam pertempuran sengit yang berlangsung selama bulan Agustus, pasukan Jerman berhasil mencapai pinggiran kota dan tepi Danau Ladoga, sehingga memutus jalur komunikasi antara kota dan Uni Soviet.

Pada bulan November 1941, pasukan Soviet berhasil mematahkan serangan baru dari Jerman dengan memutus rute perbekalan Jerman di perairan beku dekat Danau Ladoga. Setelah itu, fokus Jerman dan Soviet beralih ke sektor lain yang dianggap lebih penting di Front Timur. Pasukan dan penduduk di Leningrad merasakan sedikit kelegaan setelah pengepungan yang berlangsung selama 900 hari.

Meskipun awalnya pasukan Soviet merasa putus asa dengan jalan yang tertutup es di Danau Ladoga, Uni Soviet berhasil mengirimkan tentaranya untuk mengepung dan berupaya mengevakuasi satu juta warga sipil. Sayangnya, lebih dari satu juta warga sipil lainnya tewas selama pengepungan. Selain itu, lebih dari 300.000 tentara Soviet juga gugur dalam upaya mempertahankan kota. Pada Januari 1943, pasukan Soviet berusaha membuka koridor daratan sempit menuju kota, yang sangat penting untuk jalur perbekalan dan pergerakan pasukan.

Namun, sebelum Januari 1944 tiba, Tentara Merah meraih keberhasilan di front lain, yang memungkinkan Soviet memperketat pengepungan. Pada saat itu, Tentara Merah berhasil mengepung pasukan Jerman yang kondisinya sangat lemah, sehingga serangan Soviet dapat diperbarui untuk mengusir pasukan Jerman dari kota dan dari wilayah Soviet.

Setelah November 1941, penguasaan Jerman atas Leningrad lebih bersifat simbolis sebagai blokade. Pasukan Jerman yang ditempatkan di sana tidak lebih dari 15% dari total pasukan yang dikerahkan selama pertempuran di Front Soviet. Leningrad dianggap kurang penting dan bukan prioritas utama, sehingga Jerman mengalihkan serangan ke sektor yang lebih berbahaya bagi Uni Soviet.

Meskipun kurang signifikan bagi Jerman, pengepungan Leningrad sangat berarti bagi Soviet karena kerugian besar dalam populasi dan pasukan. Hal ini memicu semangat Uni Soviet untuk melakukan perlawanan secara menyeluruh di seluruh Front Soviet lainnya.