Chilgatherium
Chilgatherium adalah genus punah dari mamalia dalam ordo Proboscidea, yang dipandang sebagai anggota paling awal dan paling primitif dari keluarga Deinotheriidae, ditemukan di formasi geologi Chilga, Ethiopia dan diperkirakan hidup pada akhir Oligosen sekitar 27–28 juta tahun yang lalu. Genus ini hanya terdiri dari satu spesies yang diakui, Chilgatherium harrisi, dan dinyatakan secara resmi oleh Sanders, Kappelman, dan Rasmussen pada tahun 2004 dalam jurnal Acta Palaeontologica Polonica.
Chilgatherium sering disebut sebagai “Chilga beast” karena dinamai berdasarkan lokasi temuan di daerah Chilga, Ethiopia. Meskipun hanya dikenal dari sejumlah kecil gigi molar, bentuk dan morfologi giginya sangat khas sehingga memungkinkan klasifikasi yang jelas sebagai subfamili tersendiri, yakni Chilgatheriinae.
Sejarah Penemuan
Fosil-fosil ditemukan dalam ekspedisi antara 1998–2003 di lembah Sungai Gahartal, daerah Chilga, yang berada pada ketinggian sekitar 1.950 m dpl. Lapisan batuan di sana terdiri dari lempung vulkanik, batubara, dan silt—dengan tanggal radiometrik orthoklas menunjukkan usia sekitar 27,4 juta tahun dengan lapisan bawah sekitar 32,4 juta tahun lalu, menjadikannya fosil Deinotheriidae tertua yang diketahui.
Taksonomi dan Klasifikasi
- Kingdom: Animalia
- Filum: Chordata
- Kelas: Mammalia
- Ordo: Proboscidea
- Keluarga: Deinotheriidae
- Subfamili: Chilgatheriinae
- Genus: Chilgatherium
- Spesies: Chilgatherium harrisi
Sanders et al. (2004) menempatkan genus ini dalam subfamili tersendiri karena perbedaan morfologi yang mencolok dari Prodeinotherium dan Deinotherium, terutama dalam struktur gigi belakang (molars dan premolars) dan pola enamel yang bersifat bunolophodontis-trilophodontis, berbeda dari bilophodontis pada Deinotherium.
Morfologi dan Anatomi
Hanya sekitar selusin fragmen gigi yang ditemukan, meliputi P₃–P₄ dan M₁–M₃ pada rahang atas dan bawah. Ciri utama meliputi:
- Zigotik enamel yang menonjol secara melintang, dengan tambahan tuberkel di ujung, menghasilkan pola bunolophodont.
- Tiga lempeng enamel utama (trilophodont) pada setiap molar, dengan molar ketiga lebih kecil atau kurang berkembang daripada molar pertama atau kedua.
- Ukuran objek cukup kecil: diperkirakan tinggi di bahu sekitar 2 m dan berat sekitar 1,5 ton, jauh lebih kecil daripada deinotheres di Miosen–Pleistosen berikutnya yang bisa lebih dari 4 m dan 10–12 ton.
Tidak diketahui apakah Chilgatherium memiliki taring bawah melengkung ke bawah seperti anggota Deinotheriidae selanjutnya—fosil taring belum ditemukan.
Lingkungan dan Fauna Asosiasi
Fosil ditemukan bersamaan dengan beberapa proboscidea lainnya seperti Phiomia major, Palaeomastodon sp. nov. A/B, serta bentuk awal gomphotherium—menunjukkan keanekaragaman proboscidean yang cukup tinggi di formasi Chilga pada akhir Oligosen.
Selain itu, ditemukan juga Arsinoitherium giganteum (Embrithopoda) dan sejumlah hyrakoid (Saghatheriidae) seperti Pachyhyrax, Megalohyrax, Bunohyrax. Ini mencerminkan komunitas mamalia besar herbivora Afro-Arabia pada Paleogen akhir yang sangat kaya dan beragam.
Evolusi dan Posisi Filogenetik
Chilgatherium menempati posisi basal dalam keluarga Deinotheriidae, sebagai anggota paling awal yang diketahui. Secara evolusi, Deinotheriidae sendiri diyakini divergen dari nenek moyang Elephantiformes lebih dari 40 juta tahun lalu. Chilgatherium, muncul pada akhir Oligosen, dipandang sebagai bentuk awal yang menunjukkan pola bunolophodont dan trilophodont, mungkin mewakili status transisi dari bentuk primitif ke bentuk Deinotherium yang lebih besar dan sederhana pada Miosen awal hingga Pleistosen awal.
Beberapa penelitian (misalnya Tabuce et al. tentang Saloumia atau Dagbatitherium) mendiskusikan bahwa morfologi gigi Chilgatherium bisa menjadi bukti bahwa karakter gangguan terhadap pola lophodont (seperti kehilangan lapisan ketiga) berkembang secara sekunder, kemungkinan melalui evolusi gigi yang beradaptasi terhadap diet yang berubah dan lingkungan yang berbeda.
Signifikansi Paleoekologi
Kehadiran Chilgatherium di formasi Chilga memperpanjang jejak Deinotheriidae hingga 7 juta tahun sebelum bentuk selanjutnya muncul. Ini menunjukkan bahwa keluarganya memiliki jejak evolusi yang lebih awal dan lebih panjang di Afrika dibandingkan keluarga gajah lainnya seperti gomphotheres dan elephantidae :contentReference[oaicite:12]{index=12}.
Secara ekologis, kelompok ini mungkin memakan vegetasi browse (daun, ranting), dengan gigi yang cocok untuk mengunyah bahan fibrosa. Meskipun taring belum dikonfirmasi, jika memiliki taring bawah melengkung, ini mungkin digunakan untuk mematahkan cabang atau mencabut batang tanaman, seperti yang terlihat pada Deinotherium selanjutnya :contentReference[oaicite:13]{index=13}.
Penyebaran Geografis dan Temporal
Chilgatherium hanya dikenal dari satu situs di Ethiopia. Ia hidup pada akhir Oligosen (± 27–28 juta tahun lalu) dan punah sebelum Miosen awal ketika muncul bentuk Prodeinotherium yang lebih besar dan lebih tersebar secara luas di Afrika dan Eurasia :contentReference[oaicite:14]{index=14}.
Kepunahan dan Pergantian Generasi
Chilgatherium menghilang sebelum awal Miosen dan kemudian digantikan oleh Prodeinotherium dan Deinotherium yang lebih besar serta lebih cocok untuk lingkungan yang berubah. Secara umum, keluarga Deinotheriidae mengalami peningkatan ukuran tubuh dari masa ke masa, sampai mencapai puncaknya pada Deinotherium raksasa di Miosen–Pleistosen awal, kemudian punah sekitar 1 juta tahun lalu :contentReference[oaicite:15]{index=15}.
Faktor kepunahan bisa melibatkan perubahan iklim (transisi ke vegetasi yang lebih terbuka atau perubahan pola tumbuhan), kompetisi dengan herbivora lain, dan tekanan ekologis lainnya. Meskipun manusia tidak muncul hingga Pleistosen jauh setelah Chilgatherium punah, kepunahan Deinotheriidae sebagai kelompok baru terjadi beriringan dengan perubahan iklim besar dan munculnya perburuan oleh hominin pada akhir Pleistosen :contentReference[oaicite:16]{index=16}.
Pentingnya untuk Studi Evolusi Proboscidea
Chilgatherium memberikan bukti penting bahwa evolusi Deinotheriidae telah dimulai jauh lebih awal daripada yang diperkirakan. Morfologinya yang unik membantu memetakan asal-usul pola gigi dan adaptasi awal pada clade ini sebelum bentuk-bentuk besar bermigrasi ke Eurasia dan berkembang lebih lanjut. Ini juga memperkuat peran Afrika Timur sebagai pusat diversifikasi awal Proboscidea dan Elephantimorpha :contentReference[oaicite:17]{index=17}.
Selain itu, gigi Trilophodont dan bunolophodontnya membantu ahli paleontologi memahami urutan perubahan pola gigi proboscidean dari bentuk primitif (bunodont, dua lempeng) ke bentuk lebih maju (lophodont, bilophodont) yang muncul di keluarga-keluarga berikutnya.
Implikasi pada Penelitian Modern
Studi modern tentang otak dan encephalization pada proboscidean menunjukkan pola peningkatan ukuran otak pada akhir Oligosen dan awal Miosen, kemungkinan sebagai respon terhadap tekanan ekologis. Walaupun data mengenai otak Chilgatherium belum ditemukan, pola evolusi otak yang dicerminkan oleh fosil dari periode ini menunjukkan era adaptasi penting untuk nenek moyang kelompok proboscidea besar.
Chilgatherium adalah genus Deinotheriidae paling awal yang diketahui, yang hidup sekitar 27–28 juta tahun lalu di Ethiopia. Dengan ciri gigi yang unik dan morfologi tubuh yang relatif kecil, ia membuka wawasan mengenai asal-usul dan evolusi awal keluarga Deinotheriidae. Genus ini punah sebelum Miosen, digantikan oleh bentuk yang lebih besar seperti Prodeinotherium dan Deinotherium. Studi terhadap Chilgatherium sangat penting untuk memahami evolusi awal Proboscidea dan adaptasi ekologis selama Paleogen akhir.
Daftar Bacaan
- Sanders, W. J., Kappelman, J., & Rasmussen, D. T. (2004). New large-bodied mammals from the late Oligocene site of Chilga, Ethiopia. Acta Palaeontologica Polonica, 49(3), 365–392.
- Tabuce, R., et al. (2022). New Middle Eocene proboscidean from Togo illuminates the early evolution of the elephantiform‑like dental pattern. PMC / NCBI.
- Shoshani, J., & Tassy, P. (2005). The Evolution of Proboscidea. In Cenozoic Mammals of Africa.
- Larramendi, A. (2023). Estimating tusk masses in proboscideans: a comprehensive analysis and predictive model. Historical Biology.
- Athanassios, A. (2004). On a Deinotherium (Proboscidea) finding in the Neogene of Crete. Carnets de géologie.