Konferensi Yalta

Konferensi Yalta

Menjelang berakhirnya Perang Dunia II dan kekalahan pihak Poros, Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, Pemimpin Uni Soviet, Joseph Stalin, dan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, mengadakan pertemuan di Teheran, Iran, pada Desember 1943. Pertemuan ini kemudian dikenal sebagai Konferensi Teheran 1943 dengan kode sandi "EUREKA." Ketiga pemimpin negara besar ini secara luas dikenal sebagai "The Big Three."

Agenda utama dari konferensi ini adalah menyusun perencanaan strategi final dalam perang melawan Nazi Jerman dan melanjutkan pertempuran melawan Jepang. Selain itu, mereka juga secara bersamaan mengakui kemerdekaan Iran.

"Ketiga negara menyadari bahwa perang telah mengakibatkan kesulitan ekonomi bagi Iran, dan mereka menyetujui akan melanjutkan tersedianya bantuan ekonomi bagi pemerintahan Iran sepanjang dimungkinkan, dengan memperhatikan beratnya beban kebutuhan di antara mereka yang disebabkan oleh operasi militer diseluruh dunia, dan kebutuhan transportasi, bahan baku, suplai bahan makanan untuk penduduk sipil" (Deklarasi dari tiga kekuatan dunia mengenai Iran, 1 Desember 1943)."

Kesimpulan Konferensi Taheran 1943:

  1. Disepakati bahwa kaum partisan Yugoslavia harus diberikan dukungan perbekalan dan peralatan dan juga oleh komando operasi.
  2. Disepakati bahwa sangat diperlukan sekali bergabungnya Turki sebelum akhir tahun sebagai sekutu dalam peperangan.
  3. Apabila Turki bergabung dalam peperangan maka Uni Soviet harus memberikan dukungannya.
  4. Dicatatkan pada 30 November bahwa Perang Normandia akan dilangsungkan pada sekitar bulan Mei 1944, sehubungan dengan pelaksanaan operasi melawan selatan Perancis.
  5. Disepakati bahwa staf militer dari Tiga Kekuatan harus senantiasa berhubungan satu sama lainnya.
  6. Inggris dan Amerika berjanji kepada Stalin bahwa mereka akan mengirimkan pasukan ke wilayah Eropa Barat. Disepakati pula bahwa pasukan tersebut akan tiba disana pada musim semi pada tahun 1944.
  7. Atas desakan Stalin, perbatasan sebelum perang Polandia ditetapkan disepanjang sungai Oder dan Neisse dan garis demarkasi Batas Curzon.
  8. Untuk sementara disetujui pula adanya suatu Perserikatan Bangsa-bangsa.
  9. Uni Soviet menyetujui untuk membiayai perang melawan Jepang setelah Jerman menyerah.

Deklarasi Tiga Kekuatan dalam Konferensi Yalta

Deklarasi dari Tiga Kekuatan pada tanggal 1 December 1943 "Kami, Presiden Amerika, Perdana Menteri Inggris, dan Pemimpin Uni Soviet, telah bertemu selama empat hari di ibukota dari sekutu kami, Iran dan telah menetapkan arah serta menegaskan kebijakan kami."

Pada akhirnya, Sekutu memutuskan bahwa Amerika Serikat dan Inggris akan menyerang Jerman melalui wilayah Balkan sebagai strategi untuk mengalahkannya. Langkah ini diambil untuk melindungi kepentingan Inggris di Laut Tengah bagian timur jika serangan langsung dilakukan ke Jerman.

Sementara itu, pasukan Uni Soviet memiliki tugas untuk membebaskan Eropa Timur dari pendudukan Jerman. Mereka berhasil mematahkan perlawanan Jerman di wilayah tersebut, bahkan berhasil menguasai Polandia, Bulgaria, Rumania, Hungaria, Yugoslavia, dan Cekoslowakia.

"Tiga Besar" di Konferensi Yalta, Winston Churchill, Franklin D. Roosevelt, dan Joseph Stalin. Di belakang mereka berdiri, dari kiri, Marsekal Lapangan Sir Alan Brooke, Laksamana Armada Ernest King, Laksamana Armada William D. Leahy, Jenderal Angkatan Darat George Marshall, Mayor Jenderal Laurence S. Kuter, Jenderal Aleksei Antonov, Laksamana Madya Stepan Kucherov, dan Laksamana Armada Nikolay Kuznetsov.

Keberhasilan Uni Soviet ini justru menimbulkan kekhawatiran di benak Roosevelt terhadap langkah-langkah yang diambil oleh Soviet.

Sebagai tindak lanjut, pada tanggal 4 hingga 11 Februari 1945, diadakan konferensi di Semenanjung Krimea, Yalta, yang dihadiri oleh para pemimpin tiga negara besar Sekutu. Pertemuan ini dikenal sebagai Konferensi Yalta, yang menghasilkan kesepakatan utama sebagai berikut:

  1. Rencana penyerahan tanpa syarat Jerman. Pendudukan Jerman akan dikuasai Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet.
  2. Rencana konferensi pembentukan PBB di San Fransisco pada tanggal 25 April 1945.
  3. Rencana Uni Soviet memaklumkan perang terhadap Jepang setelah kekalahan Jerman dengan kompensasi pemberian wilayah Sakhalin Selatan, Kepulauan Kuril, serta pengembalian Potr Arthur dan Dairen kepada status semula pada tahun 1904. Sedangkan jalan kereta api Manchuria akan dikuasai bersama oleh Cina dan Uni Soviet.

Dalam Konferensi Yalta, para pemimpin dari tiga negara besar terus berupaya mencari titik temu terkait isu Polandia dan negara-negara di Eropa Timur.

Terutama Inggris dan Amerika Serikat, mereka berharap agar pemerintahan di negara-negara Eropa Timur dipilih secara bebas, kecuali bagi negara yang sudah mendukung dan didukung oleh Uni Soviet.

Sayangnya, upaya kompromi mengenai negara-negara di Eropa Timur tidak berhasil. Bahkan, sebelum Konferensi Yalta dimulai, Uni Soviet telah menguasai wilayah Polandia dan Bulgaria. Akibatnya, kekhawatiran F. Roosevelt menjadi kenyataan, yaitu seluruh kawasan Eropa Timur berada di bawah kendali Uni Soviet.

Di Amerika Serikat sendiri terjadi perubahan kepemimpinan. Presiden Franklin Delano Roosevelt meninggal dunia pada 12 April 1945, dan posisinya digantikan oleh Harry S. Truman, yang dikenal memiliki karakter lebih tegas. Pada Konferensi Postdam yang diadakan pada 2 Agustus 1945, Truman kembali mengangkat isu Eropa Timur.

Konferensi Potsdam sering dianggap sebagai titik awal Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Presiden Harry S. Truman menginginkan pemilu bebas diadakan di seluruh negara di Eropa Timur. Namun, Stalin menolak usulan ini, dengan alasan bahwa pemerintahan yang terbentuk melalui pemilu di Eropa Timur akan cenderung anti-Uni Soviet.

Sebelum Konferensi Potsdam, Amerika Serikat sebenarnya telah mencoba menekan Uni Soviet dengan menghentikan bantuan ekonomi, tetapi upaya ini tidak berhasil. Kebuntuan terkait masalah Eropa Timur setelah konferensi tersebut membuat Amerika Serikat mengambil sikap yang lebih tegas.

Pada Oktober 1945, Presiden Truman menyatakan bahwa pemerintah AS tidak akan mengakui pemerintahan yang dibentuk secara paksa tanpa persetujuan rakyat.

Dalam ketegangan ini, Inggris mendukung Amerika Serikat. Hal ini wajar karena kesamaan ideologi antara keduanya mendorong mereka untuk saling membantu. Selain itu, banyak yang menduga bahwa persahabatan antara Uni Soviet dengan AS dan Inggris memang hanya bersifat sementara.

Sesuai dengan doktrin Komunis Internasional (Komintern), Komunisme dapat berdamai sementara dengan Kapitalisme untuk melawan Fasisme, tetapi setelah itu akan kembali ke tujuan semula. Ini berarti Uni Soviet tidak menginginkan persahabatan yang berkelanjutan dengan negara-negara kapitalis seperti AS dan Inggris.

Mantan Perdana Menteri Inggris, Winston Churchill, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat, menyatakan bahwa Uni Soviet sedang membentangkan "tirai besi" di sepanjang Eropa, membagi Jerman dan Eropa menjadi dua kubu yang berlawanan.

Tirai Besi merupakan simbol dari batasan ideologis dan fisik yang memisahkan Eropa menjadi dua wilayah berbeda sejak berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945 hingga berakhirnya Perang Dingin pada tahun 1991. Di setiap sisi Tirai Besi, negara-negara membentuk aliansi militer dan ekonomi internasional masing-masing. Tirai Besi terwujud dalam bentuk pertahanan perbatasan antara negara-negara Eropa Barat dan Eropa Timur, dengan Tembok Berlin menjadi representasi paling jelas dari konsep Tirai Besi itu sendiri.