Operasi Barbarossa

Operasi Barbarossa (22 Juni – 5 Desember 1941)

Pada awal 1941, Hongaria, Rumania, dan Bulgaria memilih untuk bergabung dengan Blok Axis. Ketiganya kemudian berkolaborasi dengan pasukan Jerman dalam invasi ke Yugoslavia dan Yunani pada April 1941. Invasi Jerman ke Balkan sebenarnya adalah bagian dari rencana Hitler yang lebih besar, yaitu menaklukkan Uni Soviet.

Hitler melihat penaklukan Uni Soviet tidak hanya sebagai cara untuk memperluas wilayah, tetapi juga sebagai perwujudan ideologi anti-komunisnya. Dengan menaklukkan Uni Soviet, Hitler berharap dapat menyediakan "Lebensraum" (ruang hidup) yang diperlukan bagi bangsa Jerman. Selain itu, Hitler juga berencana untuk memusnahkan orang Yahudi di seluruh wilayah Eropa yang diduduki oleh Jerman.

Sebelum Uni Soviet berhasil mengalahkan Jerman pada tahun 1944, lebih dari 4 juta orang Yahudi tewas di kamp-kamp kematian yang didirikan di wilayah-wilayah berpenduduk Yahudi yang diduduki oleh Jerman, terutama di Polandia.

Pasukan Axis menyerbu Uni Soviet sepanjang 2.900 km (1.800 mil). Operasi Barbarossa, yang perencanaannya dimulai secara rahasia pada 18 Desember 1940, berlangsung hampir setahun, dari musim semi hingga musim dingin 1941. Invasi ini melibatkan sekitar empat juta tentara, 19 divisi Panser, 3.000 tank, 2.500 pesawat, dan 7 senjata artileri.

Pada 22 Juni 1941, Hitler memerintahkan pasukannya untuk menyerbu Uni Soviet. Serangan ini kemudian dikenal dengan sandi "Operasi Barbarossa," yang diambil dari nama seorang Kaisar Jerman di Abad Pertengahan.

Dalam pertempuran tersebut, Uni Soviet kalah dari segi jumlah pasukan dan teknologi udara yang mayoritas sudah ketinggalan zaman. Kelemahan militer ini dimanfaatkan oleh Jerman dalam serangannya. Invasi ini memberikan keuntungan bagi Jerman, yang berhasil menduduki sekitar 200 mil wilayah Uni Soviet secara lurus dari ibu kota Moskow. Jerman juga berhasil menduduki Kiev sebelum melanjutkan usahanya menuju Stalingrad.

Operasi militer ini bertujuan untuk menaklukkan wilayah Eropa Barat Uni Soviet melalui jalur yang menghubungkan kota-kota Arkhangelsk dan Astrakhan, yang dikenal sebagai jalur AA. Pada akhir Januari 1942, Tentara Merah berhasil memukul mundur Wehrmacht. Pukulan ini dianggap sebagai hambatan besar bagi kemenangan Jerman di Front Timur. Serangan taktis dari Uni Soviet juga berdampak pada kondisi psikologis pasukan Jerman.

Operasi Barbarossa adalah salah satu blunder yang dilakukan oleh Adolf Hitler

Awalnya, Jerman berhasil memenangkan pertempuran di beberapa wilayah penting ekonomi di Uni Soviet, seperti Ukraina dan Kiev. Namun, Jerman harus menghadapi kenyataan bahwa mereka tertahan di Stalingrad, yang masih jauh dari Moskow.

Pada akhirnya, Operasi Barbarossa mengalami kegagalan karena terhambat oleh berbagai faktor, termasuk musim dingin di Uni Soviet yang memiliki perbedaan suhu dan tekanan udara yang signifikan dibandingkan Eropa Barat. Akibatnya, semua pengepungan di Uni Soviet, seperti di Leningrad, Stalingrad, dan Operasi Nordlicht, berakhir dengan kegagalan.

Operasi Barbarossa menjadi operasi militer terbesar yang dilakukan Jerman di Front Timur. Operasi ini melibatkan pemindahan pasukan secara besar-besaran dari barat setelah penaklukan Prancis, yang harus dimobilisasi dengan cepat ke timur.

Operasi Barbarossa membuka Blok timur, yang menjadi saksi pasukan yang lebih berkomitmen dibandingkan medan pertempuran mana pun dalam sejarah dunia. Operasi Barbarossa, beserta wilayah-wilayah yang terdampak, menjadi lokasi pertempuran terbesar, paling mematikan, penuh kekejaman, dengan korban tertinggi, dan kondisi paling mengerikan bagi pihak Soviet dan Jerman. Semua ini sangat memengaruhi jalannya Perang Dunia II dan sejarah abad ke-20.

Hitler terlampau percaya diri akibat keberhasilan cepat di Eropa Barat dan meremehkan Tentara Merah setelah Perang Musim Dingin melawan Finlandia pada 1939-1940. Ia mengharapkan kemenangan dalam hitungan bulan, tetapi tidak mempersiapkan diri untuk perang yang berlanjut hingga musim dingin.

Operasi Barbarossa dapat dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Perang Dunia II karena kegagalannya di Moskow menandai awal keruntuhan Koalisi Axis di Eropa. Ironisnya, 129 tahun sebelumnya, tepatnya pada 24 Juni 1812, Napoleon melakukan kesalahan serupa dengan menyerang Rusia, yang juga menjadi awal kejatuhannya.