Kerajaan-Kerajaan Maluku

Kerajaan-Kerajaan Maluku

Kemunculan Kerajaan-Kerajaan Maluku dapat ditelusuri berdasarkan pada sumber-sumber lokal. Sumber tentang kelahiran raja-raja Maluku, tidak terlepas dari kisah-kisah mitos. Sejarah awal kerajaan Maluku terutama empat kerajaan besar: Kerajaan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo mengaitkan mitos tentang kelahiran raja-raja mereka.

Sumber utama tentang mitos kelahiran raja-raja Maluku ini didapatkan dari keterangan yang diberikan oleh Naidah, yang menceritakan tentang riwayat kelahiran raja-raja Maluku yang mirip dengan legenda raja Jayakatwang dari kerajaan Gelang-gelang di Jawa Timur. Tidak banyak yang diketahui tentang kekuatan-kekuatan politik di Maluku Pra-Islam. Sehingga sumber-sumber lokal yang berkaitan dengan unsur-unsur mitos setidaknya dapat memberikan gambaran sedikit tentang struktur sosial maupun politik yang berkembang di Maluku.

Sejarah Terbentuknya Kerajaan-Kerajaan Maluku

Di dalam penjelasan mengenai Sejarah awal kerajaan Maluku dan kelahiran raja-raja Maluku disebutkan bahwa seorang Arab bernama Jafar Sadek (Jafar Noh) dan Nur Sifa yang menikah dan dikaruniai tiga orang anak. Jafar Sadek dan Nur Sifa dikaruniai empat orang anak yang diberi masing-masing kedudukan;

…Anak pertama, Buka, bertolak ke Makian dan mendirikan kerajaan Bacan. Anak kedua, Darajat, bertolak ke Moti dan mendirikan Jailolo. Anak ketiga, Sahajat bertolak ke Tidore dan mendirikan kerajaan Tidore. Sedangkan anak keempat, Mashur Malamo mendirikan kerajaan Ternate.

Sumber Sejarah

Di bawah ini adalah sumber-sumber yang menjelaskan tentang Sejarah awal kerajaan Maluku;

Hikayat Bacan

Hikayat Bacan menuturkan mitos kelahiran empat kerajaan Maluku dengan tokoh sentral Jafar Sadek (Jafar Noh). Dimana Hikayat Bacan menceritakan:

Di zaman dahulu kala, Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan bersambung menjadi satu semenanjung dan semuanya bernama Gapi. Di semenanjung ini terdapat banyak negeri yang dikepalai masing-masing kepalanya dengan kekuasaannya sendiri-sendiri. Kepala tiap-tiap negeri itu bergelar Ambasoya. Maka terdapatlah Ambasoya seperti Kasiruta, Sungebodol, Indapoat, Lata-lata, Supae, Mandioli, Topa atau Ombi, Sungai Ta, Amasing, Salap dan Samboki. Ambasoya adalah bahasa Bacan yang bermakna Ngofamanyira atau Datu, yang berarti Kimalaha atau Sangaji.

Sampai suatu ketika, tiba di tanah Gapi seorang dari tanah Arab bernama Noh Ibnu Jafar Sadek. Ia memperoleh lima anak, empat laki-laki dan seorang perempuan, di atas bukit tanah Gapi. Ketika anak-anak itu sudah besar, Jafar Sadek berkata kepada mereka:

“Aku berdoa memohon kepada Allah SWT supaya kamu dijadikan Raja Moloku di tanah yang berlain-lainan.”

Maka Jafar Sadek pun berdoa sesuai perkataannya itu. Tiba-tiba datang gelap-gulita, guntur dan kilat, angin ribut serta hujan lebat semalam suntuk hingga terbit fajar di pagi hari. Ketika pagi tiba, semenanjung dari Ternate sampai Bacan sudah terputus-putus dan berselang-seling menjadi pulau Ternate, Tidore, Moti, dan Makkian.

Maka tiap-tiap anak dari keempat anak laki-laki itu diberi tempat. Anak pertama, bernama Said Muhammad Bakir atau Said Husin, di atas gunung Makian dan bergelar Maharaja Yang Bertakhta Kerajaan Moloku Astana Bacan, Negeri Komolo Besi Limau Dolik. Anak kedua menjadi Moloku Jailolo, anak ketiga menjadi Moloku Tidore, anak keempat menjadi Moloku Ternate, dan anak kelima, perempuan, pergi ke Tanah Gapi di Banggai dan bermukim di sana.

Hikayat Rua-Ake Rica

Mitos kelahiran raja-raja Maluku juga diceritakan di dalam Hikayat Rua-Ake Rica yang memberikan kisah sebagai berikut:

Sekitar abad ke-13 M, empat kerajaan besar eksis di kepulauan Maluku Utara. Keempat penguasanya saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya, tetapi memiliki pengaruh yang berbeda. Mereka adalah anak keturunan seorang guru agama dari tanah Arab yang pada 1204 M singgah di Rua Akerica, sebuah kampung yang terletak 24 km di sebelah barat pulau Ternate. Guru agama itu mendakwahkan agama Islam dan, setelah berhasil, ia menikahi anak perempuan keluarga lokal terhormat. Dari perkawinan tersebut, pasangan ini memperoleh delapan orang anak, empat laki-laki dan empat perempuan.

Ketika anak-anak itu sudah dewasa, yang laki-laki mencari jalan masing-masing untuk mendirikan kerajaan. Salah seorang anak laki-laki pergi ke pulau Makian dan mendirikan kerajaan Kie Besi. Tetapi lantaran ancaman gunung berapi, ia kemudian pindah ke pulau Bacan. Anak laki-laki lainnya pergi ke pulau Moti dan mendirikan Kerajaan Tuanane.

Tetapi karena pulau ini sangat tandus, ia pindah ke Jailolo di Halmahera. Anak laki-laki ketiga bermukim di pulau Tidore dan mendirikan Kerajaan Duku. Sementara anak laki-laki termuda pergi ke Gapi di Pulau Ternate dan mendirikan Kerajaan Gapi, serta bergelar Sultan Cico.

Keempat kerajaan itulah yang dikenal dengan sebutan “Moluku Kie Raha,” atau Empat Kerajaan Kepulauan. Tetapi, dari keempat kerajaan itu, hanya Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore yang berhasil dan berkembang pesat. Itulah penjelasan singkat tentang Sejarah awal kerajaan Maluku.

Daftar Bacaan

  • Amal, M. Adnan. 2016. Kepulauan Rempah-Rempah: Perjalanan Sejarah Maluku Utara 1250-1950. Jakarta: KPG
  • Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Notosusanto. 2011. Sejarah Nasional Indonesia III: Zaman Pertumbuhan Dan Perkembangan Kerajaan Islam. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Ricklefs, M.C. 2008. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.