Kerajaan Ostrogoth (469-553)

Kerajaan Ostrogoth (469-553)

Kerajaan Ostrogoth muncul setelah berhasil menyingkirkan Odoacer sebagai raja di Italia. Odoacer, seorang kepala pasukan yang terdiri dari beberapa ras Teutonik, pada kenyataannya, meskipun tidak disebutkan namanya, Odoacer adalah raja pertama Italia. Tetapi di dalam dirinya sebagai seorang kepala suku yang biadab nyaris tidak pernah dianggap sebagai seorang negarawan melainkan hanya sebagai seorang prajurit yang sukses. Kualitas seorang negarawan pertama-tama ditunjukkan oleh penakluk dan pengganti Odoacer, yaitu Theoderic. Di bawah ini akan dijelaskan tentang Kerajaan Ostrogoth di bawah pimpinan Theoderic.

Kerajaan yang didirikan oleh Odoacer (Odovacer) di tanah Italia tidak bertahan lama. Kerajaan itu segera digulingkan oleh Ostrogoth yang dipimpin oleh Theoderic. Theoderic adalah seorang kepala suku yang secara turun-temurun berasal dari suku Goth Timur (Ostrogoth). Pada saat jatuhnya Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M Orang-orang Ostrogoth menduduki sebuah distrik di selatan Danube tengah yang disewa pemerintah di Konstantinopel untuk membela kepentingan Kekasiaran Romawi Timur.

Kerajaan Ostrogoth Di Bawah Pimpinan Theoderic

Perlombaan Gotik diawali dari perlombaan budaya di antara para suku barbar terutama di dalam penataan kehidupan sipil, dan dalam menuju kehidupan yang beradab. Mereka berusaha untuk beradaptasi dan menghidupkan kembali serta memulihkan, apa yang telah merosot dan lemah (perkembangan kebudayaan pasca kejatuhan Romawi Barat). Theoderic muncul dan memberikan suatu keberanian sebagai seorang kepala suku Gotik dengan pengetahuan yang diperolehnya dari pendidikan beradab di Kota Konstantinopel.

Ostrogoth terbukti menjadi sekutu yang penting sekaligus berbahaya bagi Kekaisaran Romawi Timur. Hal itu dikarenakan popularitas dan kemampuan beladiri yang dimiliki oleh Theoderic. Theodoric menginginkan tanah untuk bangsanya, dan Zeno tidak tertarik untuk memberinya tanah tetapi, pada saat yang sama, Zeno mengerti apa yang dia harus lakukan terhadap Theoderic. Zeno menemukan cara untuk menyelesaikan dua masalah sekaligus: Dimana ia akan mengirim Theodoric ke Italia untuk menyingkirkan raja Odoacer (memerintah 476-493 M) yang dianggap sebagai masalah oleh Zeno dan kemudian dapat mengambil tanah apa pun yang diinginkannya setelah rencananya itu berhasil. 

Dengan disingkirkannya Odoacer maka Zeno dianggap telah memberikan tanah bagi Theoderic dan bangsanya, dan dapat memastikan Theoderic dan Ostrogoth akan menyatakan kesetiannya kepada Kekaisaran Romawi Timur.
Rencana Zeno nampaknya tidak keliru, ketika kepala suku Ostrogoth, Theoderic, menawarkan diri kepada Kekaisaran Romawi Timur, Zeno untuk memimpin rakyatnya menyerbu ke Italia untuk melawan Odoacer. Kaisar Romawi Timur dengan senang hati menyetujui upaya yang dilakukan oleh Theoderic itu.

Invasi Ostrogoth ke Italia (488-493 M)

Theoderic memimpin orang-orang Ostrogoth yang juga terdiri dari para pejuang baik laki-laki, wanita dan anak-anak serta didukung oleh Kekaisaran Romawi Timur – melintasi Pegunungan Alpen untuk menyerang Italia yang berada di bawah pimpinan Odoacer. Serangan yang dilakukan oleh orang-orang Ostrogoth di bawah pimpinan Theoderic telah menyebabkan Odoacer menderita beberapa kekalahan. Setelah beberapa kekalahan itu, Odoacer memutuskan untuk berdiam dan memusatkan pertahanan di Benteng Ravenna yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan Odoacer. 

Theoderic berusaha untuk menyerang dan merebut Benteng Ravenna namun tidak dapat berhasil menguasai benteng. Theoderic kemudian berpura-pura mengadakan perjanjian damai dengan Odoacer untuk berbagi wilayah di Italia. Namun, perjanjian itu tidak pernah diberlakukan. Theoderic yang pada saat itu berhasil diundang oleh Odoacer memasuki Ravenna, berusaha untuk menyingkirkan Odoacer dengan mengundang Odoacer ke pesta besar dan pada akhirnya membunuh Odoacer. Setelah kematian Odoacer, Theoderic sekarang tidak memiliki saingan politik di Italia dan berhasil berkuasa secara penuh.

Theoderic Sebagai Raja Italia (493-526 M)

Meskipun Theoderic memperoleh takhta melalui kekerasan dan pengkhianatan, Theoderic segera menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang penguasa yang bijaksana, berpikiran luas, dan manusiawi. Dia telah hidup sebagai seorang pemuda di istana kekaisaran di Konstantinopel dan di sana telah mengenal dengan sangat baik ide-ide hukum dan ketertiban Romawi. Theoderic adalah orang pertama dari para penakluk Teutonik yang berusaha untuk melaksanakan sebuah gagasan yang tidak hanya sekedar tentang melakukan suatu penaklukan, tetapi juga untuk mendirikan dan memerintah sebuah negara.

Pencapaian yang telah dilakukan oleh Peradaban Romawi membuatnya terkesan; dan dia tidak ingin menghancurkan warisan peradaban Romawi, melainkan ia berusaha untuk melestarikannya. Theoderic memerintah di Italia selama tiga puluh tiga tahun, dan selama masa ini negara itu menikmati kedamaian dan kemakmuran.

Kebijakan Theoderic yang tercerahkan dari hukum dan kebijakan Romawi diperlihatkan dalam banyak hal. Theoderic memerintah Ostrogoth dan orang-orang Romawi yang berada di bawah kekusaannya dengan pertimbangan yang sama.  Theoderic berusaha untuk menyatukan orang-orang Goth dan Italia, tanpa merusak adat istiadat ataupun hak istimewa keduanya. Jika orang-orang Goth adalah tentara, maka orang Latin itu sebagai konselor dan administrator; dan dalam hal ini (memilih konselor dan administrator) Theoderic memilih yang terbaik dari orang Latin, orang-orang seperti Boethius, Symmachus, dan Cassiodorus.

Hukum-hukum, yang ia buat untuk digunakan oleh orang-orang Ostrogoth dan Romawi, hanya berasal dari hukum Romawi. Dia sangat bersikap toleran dan, terlepas dari kenyataan bahwa Ostrogoth sendiri adalah penganut ajaran Kristen Arian, namun mereka selalu siap untuk memberikan perlindungan kepada orang yang menganut ajaran Katolik.

Theoderic sangat menjunjung tinggi dunia sastra dan memberikan posisi tinggi kepada para penulis Romawi. Dia memulihkan kota-kota Italia, memperbaiki jalan dan saluran air, dan dengan demikian memperbaiki kondisi pertanian pula sehingga Italia, dari pengimpor gandum, menjadi negara pengekspor gandum. 

Theodoric memiliki kediaman berupa istana di Verona, tetapi yang terutama adalah di Ravenna, yang merupakan ibukota kaisar Romawi Barat terakhir sejak era Honorius. Sebagai raja yang pertama dari raja-raja Teutonik, Theoderic mengamati dan menyerap selera orang-orang Romawi atas karya seni yang hebat di mana keluarga Teutonik pada akhirnya nanti akan menjadi begitu dikenang, dan yang kelak akan melestarikan nama Gotik ketika negara-negara Gotik menghilang. Di gereja-gereja yang ia bangun di Ravenna, di istananya, di makamnya, Theoderic meniru dan membangun kemegahan yang dibangun oleh para pembesar Romawi.

Kerajaan Theoderic, berpusat di Italia, sementara wilayah perbatasannya yang lebih longgar merentang dari Gaul hingga ke Danube. Namun, Pengaruh Theoderic mencapai jauh melampaui Italia dan memiliki pengaruh baru dan kuat di dalam kelompok Negara Teutonik yang tumbuh di Barat. Di dalam kebijakan Theoderic, mungkin dapat dilihat dari kebijakan aliansi yang ia bangun. Theoderic melalui kebijakannya menghubungkan aliansi dengan semua raja Jerman dari Barat, Goth Barat, Burgundi, Frank, Vandal, Thuringian. 

Dia bersekutu dengan beberapa negara melalui pernikahan dengan sebagian besar penguasa Jerman di Barat. Hal ini dapat terlihat dari istri keduanya adalah seorang putri dari Suku Frank, dan saudara perempuannya adalah istri dari kepala suku Vandal, salah satu putrinya menikah dengan seorang raja Visigoth, dan seorang putri lain menikahi seorang raja Burgundi. Persekutuan yang dibentuk oleh Theoderic ini menghasilkan hubungan persahabatan antara berbagai bangsa barbar.

Pemerintahan Theoderic selama tiga puluh tiga tahun, adalah contoh pertama dari upaya nyata dalam skala besar, yang dibuat oleh seorang penakluk Teutonik, di mana terdapat usaha untuk beralih dari barbarisme ke berperadaban. Suatu usaha dari apa yang hanya sekedar penaklukan menjadi usaha untuk membentuk ‘tanah air, kota, dan negara’.

Akhir Kerajaan Ostrogoth (526 – 553 M)

Theoderic meninggal pada tahun 526 M. putrinya Amalasuntha (495-535 M), memerintah sebagai wali untuk putranya Athalaric dan, setelah kematiannya pada tahun 534 M, ia menjadi ratu. Amalasuntha adalah seorang administrator yang cakap, memajukan nilai-nilai Graeco-Romawi yang sebagaimana dilakukan oleh Theoderic, tetapi tidak ditunjuk sebagai pewaris takhta dan perlu melegitimasi posisinya. Setahun setelah kematiannya, seorang kaisar besar, Justinian, naik takhta di Konstantinopel. Justinian tidak rela jika provinsi-provinsi kaya, Sisilia dan Italia diserahkan kepada orang-orang Ostrogoth. Sehingga Justinian merencanakan untuk melakukan ekspedisi militer untuk merebut Sisilia dan Italia dari tangan Ostrogoth.

Kembali ke penerus Theoderic, Amalasuntha, mengirimkan utusannya ke Kaisar Justinian di Konstantinopel. Hal ini dilakukan oleh Amalasuntha untuk meminta bantuan dalam mengkonsolidasikan pemerintahannya, kemungkinannya ia takut akan adanya kudeta oleh salah seorang anggota istana. Namun, sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa Justinian berencana untuk merebut daerah Sisilia dan Italia, maka Justinian tidak memberikan jawaban atas utusan yang dikirim oleh Amalasuntha.

Tidak adanya jawaban dari Justinian, Amalasuntha mengundang sepupunya, Theodahad, untuk memerintah bersamanya. Namun, mempercayai Theodahad adalah sebuah kesalahan yang tragis, karena Theodahad percaya bahwa ia adalah pewaris sah takhta dan membunuh Amalasuntha pada tahun 535 M. Menantu lelakinya, Witigis kemudian membunuh Theodahad dan menjadi raja pada tahun 536 M.

Witigis adalah raja yang lemah dan bekerjasama dengan para petugas pajak untuk menaikkan pajak dan mengantongi sebagian besar uang hasil pajak untuk diri mereka sendiri. Terutama diantara petugas pajak itu yang terkenal adalah Alexander the Scissors. Orang-orang Ostrogoth di kalangan militer menerima gaji yang lebih rendah daripada yang lain, kurangnya kesempatan untuk promosi, dan pensiunan untuk veteran tidak dibayar. Pengangguran merajalela, dan orang-orang mulai menggerakkan pemberontakan melawan pemerintahan di mana pemberontakan ini didukung oleh Kekaisaran Romawi Timur.

Sekali lagi Romawi di bawah pimpinan Justinian menunjukkan kekuatannya yang sangat besar, dan mempertahankan klaimnya yang tak tergoyahkan oleh usaha untuk menuju kebangkitan kembali suatu keberanian dan kekuatan militer yang pernah dicapai di masa lalu. Melalui Belisarius, panglima militer Justinian menunjukkan bahwa kekuatan dan kecakapan militer Romawi tidak punah. Melalui dirinya, pemukiman Vandal di Afrika barat Laut dirusak dan dihancurkan pada tahun 534 M.

Justinian kemudian mengirimkan Flavius ​​Belisarius ke Italia dan berhasil menguasai Sisilia pada tahun 535 M, Napoli dan Roma, pada tahun 536 M. Pada 540 M, Belisarius berhasil menguasai Ravenna dan menangkap Witigis. Setelah penangkapan Witigis, Belisarius diperintahkan oleh Justinian untuk menawarkan syarat-syarat kepada Ostrogoth jika ingin mempertahankan kerajaan merdeka di Italia. Syarat itu adalah Ostrogoth harus menyerahkan setengah dari keseluruhan harta mereka kepada Kekaisaran Romawi Timur. Namun, orang-orang Goth tidak mempercayai Justinian beserta tawarannya. Justinian kemudian mengirimkan seorang pejabat untuk memerintah di Italia, namun orang-orang Goth menginginkan raja dari kalangan mereka sendiri. Sehingga Ostrogoth mengangkat Eraric sebagai raja, tetapi dia terbukti terlalu egois dan sama lemahnya dengan Witigis dan dibunuh pada tahun 541 M.

Orang-orang Goth kemudian memilih pemimpin militer, Baduila (Totila) sebagai raja.
Selama Theoderic hidup, kerajaan Gotik Italia sangat dihormati oleh kaisar Romawi Timur; tetapi perselisihan di antara orang-orang Goth sendiri setelah kematian Theoderic menunjukkan bahwa kekuatan Gotik di Italia hanya bergantung pada satu orang, yaitu Theoderic saja. Kekaisaran Romawi Timur lantas menunjukkan kembali klaimnya terhadap Italia.

Totila yang diangkat sebagai raja oleh Ostrogoth tidak berminat untuk bernegosiasi dengan Kekaisaran Romawi dan berharap dia akan dibiarkan sendirian untuk memerintah rakyatnya dengan cara yang sama seperti yang pernah dilakukan Theoderic. Justinian tidak akan membiarkan ini terjadi, dan karena itu mengirim pasukan yang diperintahkan oleh sebelas jenderal melawan Totila di kota Verona pada tahun 542 M. Namun, para jenderal lebih peduli dengan potongan rampasan perang mereka masing-masing, dan berdebat di antara mereka sendiri dibandingkan mempersiapkan diri merebut kota. Ini memberi Totila waktu untuk mengatur pasukannya dan akhirnya berhasil menghancurkan tentara yang dikirim oleh Justinian.

Kemenangan Totila membawa lebih banyak anggota baru ke dalam pasukannya dan ia melancarkan serangkaian penaklukan dan berhasil membawa seluruh Italia di bawah kendalinya. Kesatriaanya dalam pertempuran dan rasa belas kasihan kepada pasukan yang dikalahkan menyebabkan pembelotan pasukan kekaisaran ke sisinya. Setelah Totila menguasai Naples pada tahun 543 M, para pembantu barbar dari pasukan Justinian meninggalkan pasukan kekaisaran dan bergabung dengan Totila. Pada 545 M, ia mengepung Roma dan berhasil menguasai Roma.

Setelah menguasai Roma, Totila memberikan tawaran kepada Justinian untuk membatalkan perang dan meninggalkan Totila sendirian atau Totila akan membunuh para senator yang ia tawan dan menghancurkan kota Roma (yang dianggap simbolik bagi Kekaisaran Romawi). Belisarius (apakah atas perintah Justinian I atau atas inisiatifnya sendiri (?)) menulis sebuah surat kepada Totila yang menjelaskan ketidakmungkinan tuntutannya dan kebodohan rencananya itu. Totila tidak akan dapat memerintah Italia. 

Belisarius menjelaskan, karena Italia itu milik Kekaisaran Bizantium dan Justinian tidak akan tertarik untuk menyerahkannya. Lebih jauh, jika Totila melanjutkan rencananya untuk menghancurkan Roma, namanya akan selalu dikaitkan dengan kehancurannya. Ketika segalanya ada pada saat ini, Totila dianggap sangat sebagai musuh yang bermoral dan pemurah; Namun, jika dia menghancurkan Roma, nama baiknya akan hancur.

Totila melakukan kesalahan pertama dan paling signifikan dari perang dengan mendengarkan saran dari Belisarius dan mengabaikan rencananya. Totila kemudian meninggalkan Roma, sedangkan Belisarius kemudian menduduki Kota Roma, memperbaiki tembok-temboknya, dan membentenginya dari ancaman serangan di masa depan. Belisarius kemudian dipanggil kembali oleh Justinian dan digantikan dengan Jendral Narses. 

Meskipun Ostrogoth membuat perlawanan yang cukup keras terhadap pasukan Justinian, namun Para kepala suku Gotik satu persatu dapat dikalahkan dan atau dibunuh. Puncaknya adalah dengan terbunuhnya Totila dalam Pertempuran Taginae pada 552 M dan perlawanan Ostrogoth berakhir pada Pertempuran Mons Lactarius tahun 553 M. Dengan berakhirnya perlawanan ini membuat Ostrogoth menyingkir dari Semenanjung Italia dan kerajaan yang telah dibangun oleh Theoderic akhirnya berhasil digulingkan oleh Narses Armenia Italia sekali lagi di bawah kendali langsung Kekaisaran Romawi Timur.

Di bawah prajurit-prajurit Romawi Timur yang hebat ini, tampaknya akan mengguncang dan mengancam permukiman Teutonik di Barat. Sebab tentara Romawi telah memberikan pelajaran mengerikan bukan hanya untuk Vandal dari Afrika dan Goth di Italia, tetapi juga dipersiapkan untuk menyerang Alamanni dari Jerman, dan Frank dari Gaul pada tahun 556 M. Sisa-sisa bangsa Ostrogoth bertahan melalui celah-celah Pegunungan Alpen dan, berbaur dengan suku-suku barbar lainnya, dan sedikit demi sedikit eksistensi mereka pun menghilang dari sejarah.

Di Italia, setidaknya, selama empat belas tahun (553-567 M), sampai setelah Justinian dan Belisarius meninggal, otoritas kekaisaran Romawi dijalankan oleh Narses dengan nama Penguasa Italia. Penaklukan yang dilakukan oleh para jenderal Justinian adalah suatu kemenangan yang brilian. Akan tetapi kemenangan itu tidak bertahan lama untuk menjaga jangkauan wilayah kekuasaan Romawi Timur dan gagal dalam usaha untuk mengembalikan kejayaan Romawi sebelum keruntuhan tahun 476 M. Kemenangan yang dicapai oleh Narses dan Belisarius terutama dalam menaklukan Goth di Italia harus dengan cepat menghadapi gangguan dan penyerangan yang dilakukan oleh Lombard.

Daftar Bacaan

  • Adams, George B. 1914. Civilization During The Middle Ages: Especially in Relation to Modern Civilization. New York, Chicago, Boston: Charles Scribner’s Sons.
  • Barnish, S. J. & Marazzi, F. 2007. The Ostrogoths from the Migration Period to the Sixth Century. Boydell Press.
  • Church, R. W.  1914. The Beginnings of The Middle Ages. London, New York, Bombay and Calcutta: Longmans, Green, and Co. 39 Paternoster Row.
  • Goffart, W. A. 1987. Barbarians and Romans, A.D. 418-584. New Jersey: Princeton University Press.
  • Halsall, G. 2008. Barbarian Migrations and the Roman West, 376 – 568. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Heather, P. 2003. The Visigoths from the Migration Period to the Seventh Century. Woodbridge: Boydell Press.
  • Kelly, C. 2010. The End of Empire and the Fall of Rome. New York: W. W. Norton & Company.
  • Kulikowski, M. 2006. Rome’s Gothic Wars: From the Third Century to Alaric. Cambridge: Cambridge University Press.
  • Webster, Hutton. 1917. Early European History. Nebraska: Lincoln.
  • Wolfram, H. 1990. History of the Goths. California: University of California Press.