Pengertian Sejarah Secara Lengkap

Pengertian Sejarah

Pengertian Sejarah - Sejarah sering kali dianggap oleh masyarakat sebagai kumpulan peristiwa yang telah berlalu, atau segala sesuatu yang berkaitan dengan masa lampau dalam dimensi ruang dan waktu. Pemahaman ini tidak sepenuhnya salah, namun kerap kali kurang mendalam.

Lebih dari sekadar daftar kejadian yang terjadi di masa lampau, sejarah adalah rekonstruksi sistematis dari peristiwa-peristiwa tersebut, yang disusun berdasarkan beragam peninggalan atau sumber sejarah. Sumber-sumber ini bisa berupa artefak, dokumen tertulis, tradisi lisan, hingga jejak-jejak budaya yang memberikan petunjuk tentang kehidupan di masa lalu.

Dengan menelaah dan menginterpretasikan sumber-sumber inilah, kita dapat memahami tidak hanya "apa" yang terjadi, tetapi juga "mengapa" dan "bagaimana" peristiwa-peristiwa tersebut membentuk dunia kita saat ini. Dalam artikel ini, kita akan menyelami lebih jauh pengertian sejarah yang lebih komprehensif, melampaui sekadar catatan masa lampau.

Pengertian Sejarah Secara Etimologi

Secara etimologi atau jika dilihat dari asal kata, kata sejarah berasal dari bahasa Arab, yaitu Syajaratun, yang berarti pohon kayu. Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol, yaitu sebagai simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu memiliki keterkaitan dan membentuk pohon tersebut menjadi hidup.

Ada dinamika yang bersifat aktif di mana dinamika ini terus-menerus terjadi dan berkaitan dengan ruang dan waktu di mana kehidupan itu berada. Dengan diartikan sejarah ibarat sebuah pohon, berarti dapat diartikan pula bahwa sejarah menunjukkan adanya suatu pertumbuhan dan perkembangan.

Jikalau mengaitkan pengertian syajaratun (syajaroh) dengan kehidupan manusia, dapatlah mengandung pengertian bahwa manusia itu hidup dan akan terus bergerak tumbuh seiring dengan perjalanan waktu dan ruang tempat dia manusia itu berada. Selain istilah syajaratun yang berasal dari bahasa Arab, terdapat kata-kata Arab lainnya yang memiliki arti hampir serupa dengan kata syajaratun, seperti riwayat, atau hikayat, kisah, silsilah dan tarikh.

Istilah lain yang digunakan dan hampir memiliki persamaan dengan kata sejarah yaitu history dari bahasa Inggris yang artinya masa lampau (masa lampau umat manusia), geschichte berasal dari bahasa Jerman yang berarti sesuatu yang telah terjadi, dan geschiedenis yang berasal dari bahasa Belanda. Kata History berasal dari Yunani kuno, yaitu historia (istoria) yang berarti belajar. Istilah history pada mulanya bukanlah berarti sejarah dalam pengertian sekarang, tetapi lebih dekat sebagai ilmu pengetahuan atau sains.

Di dalam perkembangannya, kata historia diartikan sebagai sesuatu hal yang telah terjadi. Istilah ini sama dengan kata geschichte, berasal dari kata geschehen, yang berarti terjadi; dan gechiedenis, yang berasal dari kata geschieden, yang berarti terjadi. Kata historia yang berasal dari bahasa latin tersebut diserap ke dalam bahasa-bahasa eropa lainnya. Misalnya historie atau l’histoire dalam bahasa Prancis, history dalam bahasa Inggris, dan istorya dalam Bahasa Rusia.

Sejarah adalah sebuah entitas dinamis yang merangkai masa lampau, masa kini, dan masa depan. Masa lampau, dengan segala peristiwanya, berfungsi sebagai fondasi utama dan titik tolak krusial bagi perjalanan waktu ke depan. Di sinilah terukir pelajaran berharga mengenai nilai dan moral yang terus relevan dan membentuk karakter generasi mendatang. Dalam konteks masa kini, sejarah memungkinkan kita, sebagai generasi penerus, untuk memahami secara mendalam warisan dari masyarakat terdahulu. Pemahaman ini bukan sekadar pengetahuan, melainkan cerminan yang memandu kita menuju kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau memberikan gambaran komprehensif tentang kehidupan manusia dan evolusi kebudayaan pada era tersebut. Dengan menganalisisnya, kita dapat merumuskan hubungan sebab-akibat yang menjelaskan mengapa suatu peristiwa atau fenomena bisa terjadi. Meskipun tidak semua kejadian terdokumentasi dalam catatan sejarah, peristiwa yang tercatat adalah jendela penting yang membuka pemahaman kita tentang kompleksitas perjalanan peradaban. Dengan demikian, sejarah tidak hanya merekam apa yang telah terjadi, tetapi juga membimbing kita untuk mengantisipasi dan membentuk masa depan yang lebih baik.

Pengertian Sejarah Secara Positif dan Negatif

Kuntowijoyo memberikan pemahaman yang komprehensif tentang sejarah, membaginya ke dalam dua kategori utama: pengertian sejarah secara negatif dan pengertian sejarah secara positif. Pemisahan ini sangat penting untuk mendapatkan gambaran utuh mengenai studi sejarah.

Secara singkat, pengertian negatif membahas tentang apa saja yang bukan sejarah, sementara pengertian positif menguraikan tentang apa saja yang memang termasuk dalam cakupan sejarah. Dengan memahami kedua perspektif ini, kita dapat lebih jeli dalam mengidentifikasi dan menganalisis peristiwa masa lalu, serta membedakannya dari sekadar mitos, legenda, atau cerita fiksi.

Pengertian Sejarah Secara Negatif

Menurut Kuntowijoyo, untuk memahami apa itu sejarah, kita perlu terlebih dahulu memahami apa bukan sejarah. Ia menguraikan empat hal yang kerap disalahpahami sebagai sejarah, yaitu mitos, filsafat, ilmu alam, dan sastra. Dengan membedakannya dari keempat kategori ini, kita dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang sifat dan karakteristik unik dari disiplin ilmu sejarah.

Sejarah Bukan Mitos

Berdasarkan pemahaman dari bahasa Yunani, mythos secara harfiah berarti dongeng atau cerita. Seringkali, ada kecenderungan untuk mengaitkan pemahaman sejarah dengan mitos, padahal keduanya memiliki perbedaan fundamental. Meskipun baik sejarah maupun mitos sama-sama berusaha menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu, inti perbedaan antara keduanya dapat terlihat jelas dari ciri-ciri khas masing-masing. Sejarah, dengan landasan metodologi ilmiahnya, berupaya merekonstruksi masa lalu berdasarkan bukti-bukti konkret, sumber-sumber primer yang terverifikasi, dan analisis kritis. Tujuannya adalah mencapai objektivitas dan kebenaran faktual, menjadikannya disiplin ilmu yang terus berkembang seiring penemuan baru.

Di sisi lain, mitos tidak berlandaskan pada verifikasi faktual atau bukti empiris. Mitos adalah narasi simbolis yang seringkali mengandung unsur supernatural atau kekuatan ilahi, berfungsi untuk menjelaskan asal-usul, nilai-nilai, atau fenomena alam dalam suatu budaya. Ia lebih berorientasi pada makna kolektif, moral, dan spiritual, bukan pada keakuratan kronologis atau detail faktual. Mitos diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi, mengalami adaptasi, dan memiliki peranan penting dalam membentuk identitas serta pandangan dunia suatu masyarakat. Oleh karena itu, membedakan keduanya adalah kunci untuk memahami bagaimana manusia memahami dan menafsirkan masa lalu, baik melalui lensa fakta yang terverifikasi maupun melalui narasi simbolis yang kaya makna. Meskipun sejarah dan mitos sama-sama menjelaskan tentang peristiwa yang terjadi di masa lalu, perbedaan antara keduanya dapat terlihat dari ciri-ciri sebagai berikut di mana;

(1) Mitos menjelaskan masa lalu dengan waktu yang tidak jelas, yang berarti penjelasan yang diberikan oleh mitos tidak jelas kapan terjadinya suatu peristiwa. Sedangkan sejarah menuntut kapan suatu peristiwa terjadi. Seringkali keterangan waktu yang diberikan di dalam mitos menggunakan kata “dahulu”, “pada zaman dahulu”, “dahulu kala” dan lain-lain dengan kata yang serupa tanpa adanya kejelasan waktu terjadinya suatu peristiwa di masa lalu.

(2) Mitos menjelaskan tentang suatu kejadian yang tidak masuk akal dengan pemahaman manusia pada zaman sekarang. Seringkali mitos menjelaskan tentang kehebatan suatu tokoh ataupun tentang perubahan-perubahan sosial yang terjadi di dalam kehidupan manusia di masa yang lampau dengan hal-hal yang tidak masuk akal oleh manusia di masa sekarang.

Semisal tentang sejarah manusia yang pertama kali menghuni pulau Jawa dan berkaitan dengan legenda Ajisaka dan mitos tentang Raja Dewatacengkar, yang merupakan raja dan raksasa diyakini sebagai pemakan manusia sehingga pada zaman dahulu Pulau Jawa tidak dapat didiami oleh manusia. Sehingga datanglah Ajisaka ke Pulau Jawa untuk mengalahkan Raja Dewatacengkar. Setelah kemenangan Ajisaka maka Pulau Jawa dapat didiami dan ditinggali oleh manusia sehingga terbentuklah peradaban.

Paragraf di atas menyentuh inti dari bagaimana narasi sejarah dan mitos saling bersinggungan dalam membentuk pemahaman kita tentang masa lalu. Legenda Ajisaka dan Raja Dewatacengkar adalah contoh klasik bagaimana mitos memberikan penjelasan tentang asal-usul peradaban. Dalam kisah ini, Pulau Jawa yang tadinya terlarang bagi manusia karena dikuasai oleh raja raksasa pemakan manusia, menjadi layak huni berkat keberanian Ajisaka. Kemenangan Ajisaka tidak hanya menandai berakhirnya era kegelapan, tetapi juga awal mula pemukiman dan pembentukan peradaban di tanah Jawa. Ini menunjukkan bagaimana mitos seringkali berfungsi sebagai fondasi naratif untuk menjelaskan peristiwa besar, seperti pendirian suatu wilayah atau berdirinya suatu masyarakat.

Contoh lain adalah cerita-cerita tentang manusia-manusia sakti yang memiliki kemampuan di luar nalar, seperti dapat terbang, teleportasi dan lain sebagainya. Sedangkan sejarah haruslah menjelaskan hal-hal yang dapat diterima oleh akal logika manusia pada zaman sekarang. Hal-hal yang berkaitan dengan mitos biasanya juga terdapat nyanyian, mantra, syair dan pepatah yang termasuk ke dalam tradisi lisan.

Namun, penting untuk membedakan antara mitos dan sejarah dalam konteks penjelasan yang rasional. Sementara mitos seringkali melibatkan unsur-unsur fantastis dan luar biasa—seperti manusia sakti yang mampu terbang atau berteleportasi—sejarah berupaya menjelaskan peristiwa-peristiwa yang dapat diterima oleh akal logika manusia modern. Sejarah mengandalkan bukti, analisis, dan interpretasi yang rasional untuk merekonstruksi masa lalu.

Mitos, di sisi lain, lebih berakar pada keyakinan kolektif, nilai-nilai budaya, dan seringkali disampaikan melalui tradisi lisan seperti nyanyian, mantra, syair, dan pepatah. Meskipun demikian, mitos dan legenda ini tidak bisa diabaikan sepenuhnya dalam kajian sejarah, karena seringkali menyimpan nilai-nilai budaya, pandangan dunia, dan bahkan jejak-jejak peristiwa nyata yang diinterpretasikan secara simbolis. Dengan demikian, memahami mitos dapat membantu kita menggali lebih dalam tentang bagaimana masyarakat dahulu memahami diri mereka sendiri dan lingkungan sekitar.

Sejarah Bukan Filsafat

Lain halnya dengan filsafat sejarah dapat dikatakan tidak ilmiah jika berhubungan dengan ilmu filsafat di mana; (1) sejarah dimoralkan, dan (2) sejarah sebagai ilmu yang konkret dapat menjadi filsafat yang abstrak.

Sejarah yang dimoralkan memiliki akar kuat dalam peristiwa politik Abad Pertengahan di Eropa, sebuah periode di mana teologi, khususnya doktrin Gereja Katolik, memegang kendali penuh atas narasi sejarah. Pada masa itu, Gereja Katolik berada pada puncak kekuasaannya, sangat memengaruhi setiap aspek peradaban Eropa, mulai dari kehidupan sosial, politik, budaya, hingga agama. Akibatnya, penulisan dan deskripsi sejarah tidak dapat dipisahkan dari upaya penyebaran doktrin-doktrin gereja.

Setiap narasi sejarah sengaja dibentuk untuk memperkuat dan mempertahankan posisi doktrin gereja sebagai kebenaran mutlak dan sumber otoritas utama. Di balik motivasi teologis tersebut, tersimpan pula kebutuhan pragmatis para pemuka agama. Moralisasi sejarah ini adalah alat strategis yang esensial bagi mereka untuk mempertahankan kedudukan mereka sebagai kelas tertinggi dan paling berkuasa dalam struktur masyarakat Eropa, memastikan dominasi mereka atas pemikiran dan kehidupan publik. Praktik ini secara efektif membungkam pandangan alternatif dan membatasi eksplorasi sejarah yang objektif demi menjaga hegemoni gereja.

Tidak hanya terjadi pada masa abad pertengahan, di abad ke-19, para pemikir di abad ke-19, seperti yang terlihat pada masa sebelumnya, memanfaatkan sejarah bukan hanya sebagai catatan masa lalu, melainkan sebagai instrumen ampuh untuk menyemai dan menancapkan ideologi baru yang tengah berkembang pesat. Ideologi-ideologi seperti liberalisme, nasionalisme, dan Marxisme—yang pada era tersebut mengalami masa kejayaan—kerap disokong dengan narasi sejarah yang selektif dan diinterpretasikan ulang agar sesuai dengan tujuan ideologisnya. Ini berbeda dengan filsafat yang cenderung beroperasi di ranah yang lebih abstrak dan spekulatif, mengandalkan pemikiran dan angan-angan untuk menjelajahi kebenaran universal, tanpa terikat pada kepentingan temporal seperti halnya penggunaan sejarah untuk agenda ideologis.

Dalam arti kata filsafat berbicara tentang pikiran-pikiran umum yang berupa hipotesa-hipotesa. Sedangkan sejarah berbicara tentang hal yang memang benar-benar terjadi yang objeknya adalah manusia. Pun filsafat juga membahas tentang manusia, namun manusia yang dimaksud adalah manusia secara umum yang hanya ada dalam gambaran angan-angan saja. Sedangkan sejarah membahas tentang manusia yang bukan secara umum, melainkan manusia secara spesifik berdasarkan persebaran dan memiliki karakteristik yang berbeda antara ruang dan waktu.

Dalam esensinya, filsafat bergelut dengan gagasan-gagasan universal dan hipotesis, mencoba merangkai pemahaman tentang keberadaan, pengetahuan, nilai, dan realitas. Ketika membahas manusia, filsafat menyelami manusia secara umum, sebuah konsep yang eksis dalam ranah abstraksi dan pemikiran spekulatif. Manusia filosofis ini adalah arketipe, model ideal yang menjadi dasar penalaran dan perenungan tentang hakikat kemanusiaan, tanpa terikat oleh batasan spasial atau temporal yang konkret. Ia adalah manusia dalam tataran potensial, subjek kajian yang ada dalam gambaran angan-angan, tempat pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang eksistensi dan tujuan hidup bisa dikaji secara menyeluruh.

Sebaliknya, sejarah menyoroti apa yang benar-benar terjadi, dengan manusia sebagai objek utamanya dalam konteks empiris. Ia tidak tertarik pada manusia abstrak, melainkan pada manusia secara spesifik yang hidup, bertindak, dan berinteraksi dalam kerangka ruang dan waktu yang definitif. Sejarah menggali jejak-jejak masa lalu, merekonstruksi peristiwa, dan menganalisis bagaimana manusia-manusia nyata – dengan segala perbedaan budaya, sosial, politik, dan geografisnya – membentuk peradaban dan mengalami perubahan. Dengan demikian, sejarah memperlihatkan bahwa manusia bukanlah entitas statis, melainkan makhluk dinamis yang karakteristiknya terbentuk oleh persebaran di berbagai belahan dunia dan evolusinya sepanjang lini masa. Ini berarti sejarah tidak hanya menceritakan "apa" yang terjadi, tetapi juga "siapa" yang terlibat, "kapan", "di mana", dan "mengapa", memberikan gambaran yang kaya tentang pluralitas pengalaman manusia sepanjang zaman.

Sejarah Bukan Ilmu Alam

Sejarah, sebagai disiplin ilmu yang unik, memiliki pendekatan tersendiri dalam memahami berbagai permasalahan. Seringkali dikelompokkan dalam kategori "ilmu-ilmu manusia" atau human studies, sejarah kemudian mengalami pembagian lebih lanjut menjadi ilmu-ilmu sosial (social science) dan ilmu kemanusiaan (humanities). Perbedaan mendasar seringkali ditarik antara ilmu-ilmu manusia ini dengan ilmu alam. Di satu sisi, ilmu-ilmu alam (termasuk beberapa cabang ilmu sosial) berorientasi pada penemuan hukum-hukum umum yang bersifat nomotetis, artinya berlaku universal dan tetap, tidak terikat oleh individu, waktu, lokasi, maupun kondisi spesifik. Contoh nyata dapat dilihat pada hukum-hukum fisika seperti pemuaian benda saat dipanaskan atau hukum gravitasi, yang konsisten tanpa pengecualian.

Perlu diketahui bahwa ilmu-ilmu alam, perihal hukum-hukumnya berlaku secara tetap, tidak memandang orang, waktu, tempat dan suasana. Jikalau dalam hukum alam bahwa benda yang dipanaskan akan memuai, maka semua benda akan memuai tanpa peduli apapun keadaannya, begitu pula dengan hukum gravitasi.

Sebaliknya, sejarah—bersama dengan disiplin ilmu sosial lainnya—lebih berfokus pada studi idiografis, yakni upaya untuk menguraikan dan memahami hal-hal yang khas, unik, dan spesifik, serta menelusuri pemikiran para pelakunya. Berbeda dengan hukum alam yang berlaku mutlak, ilmu sosial, termasuk sejarah, hanya dapat berbicara pada tingkat kemungkinan atau probabilitas. Sebagai contoh, konsep seperti "revolusi" atau "evolusi" dalam konteks sejarah tidak merujuk pada satu fenomena tunggal yang seragam. Sebaliknya, ia dapat mengacu pada peristiwa-peristiwa yang sangat beragam seperti Revolusi Nasional Cina, Revolusi Bolshevik, Revolusi Prancis, atau bahkan Evolusi Pangan, yang masing-masing memiliki karakteristik, konteks, dan konsekuensi yang unik. Dengan demikian, sejarah tidak mencari "hukum" yang berlaku universal, melainkan menyelami keragaman dan kekhasan setiap peristiwa serta interpretasi para subjeknya.

Sejarah Bukan Sastra

Sejarah dan sastra, meskipun sama-sama melibatkan narasi dan interpretasi manusia, memiliki perbedaan fundamental yang memisahkan keduanya secara signifikan. Perbedaan ini dapat diuraikan melalui empat aspek utama; (1) cara kerja, (2) kebenaran, (3) hasil keseluruhan, dan (4) kesimpulan. 

Dari segi cara kerja, sastra adalah manifestasi imajinasi murni. Ia lahir dari interpretasi seorang pengarang terhadap kehidupan, sebuah visi pribadi yang dibentuk oleh pengalaman dan persepsi unik mereka. Dalam dunia sastra, kebenaran sepenuhnya berada di bawah kendali pengarang; mereka memiliki hak penuh untuk bersikap subjektif dan bebas dari ikatan konvensi atau fakta empiris. Kebebasan ini memungkinkan pengarang untuk membangun realitas mereka sendiri, menciptakan dunia yang mungkin tidak ada di luar imajinasi mereka.

Berbeda dengan sastra, sejarah terikat pada rekonstruksi masa lalu berdasarkan bukti dan fakta yang ada. Sejarawan tidak dapat menciptakan peristiwa atau karakter, melainkan harus menganalisis dan menafsirkan sumber-sumber primer dan sekunder untuk menyajikan gambaran yang paling akurat dari apa yang telah terjadi. Oleh karena itu, objektivitas dan verifikasi adalah inti dari metodologi sejarah.

Perbedaan ini juga terlihat jelas pada hasil keseluruhan. Sastra, dengan sifatnya yang bebas, seringkali berujung pada eksplorasi tema, emosi, dan kondisi manusia melalui narasi fiksi. Hasilnya bisa berupa pemahaman baru tentang diri sendiri atau dunia, namun bukan dalam bentuk informasi faktual yang dapat diverifikasi. Sementara itu, sejarah bertujuan untuk menyajikan informasi yang sejelas, selengkap, dan setuntas mungkin mengenai peristiwa masa lalu, memberikan pemahaman kontekstual dan kronologis.

Terakhir, perbedaan paling mencolok terletak pada kesimpulan. Sastra seringkali dapat berakhir dengan sebuah pertanyaan, membiarkan pembaca merenungkan makna atau implikasi tanpa memberikan jawaban definitif. Ini adalah bagian dari kekuatannya, memicu pemikiran kritis dan interpretasi pribadi. Sebaliknya, sejarah harus berupaya memberikan kesimpulan yang komprehensif dan didukung bukti, menjawab pertanyaan "apa, siapa, kapan, di mana, bagaimana dan mengapa" dari peristiwa yang diteliti. Sejarah bertanggung jawab untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh dan informatif, sebuah antitesis dari sifat ambigu yang kadang-kadang menjadi ciri khas sastra.

Pengertian Sejarah Secara Positif

Selain memiliki pengertian secara negatif, sejarah juga memiliki pengertian secara positif yang tak kalah penting. Kuntowijoyo, menguraikan empat pengertian positif sejarah yang memperkaya pemahaman kita. Sejarah, menurutnya, adalah ilmu tentang manusia, ilmu tentang waktu, ilmu tentang sesuatu yang mempunyai makna sosial, dan ilmu tentang sesuatu yang tertentu, satu-satunya, dan terperinci. Keempat poin ini saling melengkapi, menawarkan perspektif yang komprehensif tentang hakikat sejarah.

Memahami masing-masing aspek di atas ini akan membuka wawasan kita tentang bagaimana sejarah bukan hanya catatan masa lalu, tetapi juga alat untuk memahami diri kita dan masyarakat di mana kita hidup. Mari kita telusuri lebih jauh setiap poin ini untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

Sejarah Ilmu Tentang Manusia

Peristiwa yang terjadi pada masa lalu memang sangat luas cakupannya. Namun, tidak semua peristiwa di masa lampau menjadi ranah kajian sejarah. Misalnya, terjadinya alam semesta, meskipun sudah berlalu miliaran tahun silam, merupakan objek penelitian astronomi, bukan sejarah. Begitu pula dengan pergeseran lempeng bumi di masa lampau; itu adalah domain geologi, bukan sejarah. Ini karena sejarah secara spesifik memusatkan perhatian pada manusia, sementara kedua bidang ilmu tersebut tidak.

Kendati demikian, penting untuk dipahami bahwa sejarah juga tidak serta merta mencakup seluruh aspek kehidupan manusia di masa lalu. Sejarah memilih peristiwa-peristiwa yang dianggap signifikan dan memiliki dampak besar bagi perkembangan masyarakat manusia. Misalnya, kehidupan sehari-hari individu yang tidak meninggalkan jejak berarti atau tidak memengaruhi dinamika sosial secara luas mungkin tidak menjadi fokus utama sejarah, kecuali jika hal tersebut dapat memberikan gambaran tentang konteks sosial-budaya pada periode tertentu. Dengan demikian, sejarah adalah disiplin ilmu yang memiliki batasan dan fokus yang jelas: mengkaji interaksi dan perkembangan manusia di masa lalu melalui peristiwa-peristiwa yang relevan dan bermakna.

Manusia yang berupa fosil pun menjadi objek penelitian antropologi ragawi dan bukan sejarah. Fosil manusia memang menjadi domain utama antropologi ragawi karena fokusnya pada evolusi dan variasi fisik manusia purba. Demikian juga benda-benda, yang meskipun itu perbuatan manusia juga, tetapi lebih menjadi pekerjaan arkeologi. Arkeologi mengambil peran dalam mengkaji benda-benda peninggalan manusia prasejarah atau periode awal sejarah, yang meskipun merupakan hasil karya manusia, namun kurang atau bahkan tidak didukung oleh catatan tertulis. Keterbatasan sumber tertulis inilah yang membedakannya dari kajian sejarah. 

Sejarah hanya membahas tentang manusia masa kini. Adanya "persetujuan tidak tertulis" antara arkeologi dan sejarah di Indonesia, yang membatasi kajian sejarah pada peristiwa pasca-1500, memiliki implikasi signifikan. Ini berarti periode sebelum tahun 1500, yang sering disebut sebagai masa prasejarah dan proto-sejarah, sebagian besar berada di bawah payung penelitian arkeologi. Pembagian ini memungkinkan kedua disiplin ilmu untuk fokus pada metodologi dan jenis sumber yang paling sesuai dengan periodenya masing-masing, meskipun tentu saja ada area abu-abu dan kolaborasi yang erat tetap diperlukan untuk pemahaman yang komprehensif tentang masa lalu manusia di Nusantara.

Sejarah Ilmu Tentang Waktu

Apabila berbagai ilmu sosial fokus pada aspek-aspek spesifik masyarakat — misalnya, sosiologi menelaah struktur dan lapisan masyarakat, ilmu politik menganalisis dinamika kekuasaan, dan antropologi menggali kekayaan kebudayaan manusia — maka ilmu sejarah menawarkan perspektif unik dengan menempatkan masyarakat dalam bingkai waktu.

Sejarah bukan sekadar kumpulan tanggal dan peristiwa; ia adalah lensa untuk memahami bagaimana masyarakat telah berevolusi, berinteraksi, dan membentuk diri mereka sepanjang garis waktu. Dengan mempelajari masyarakat dari segi waktu, sejarawan mengungkap pola-pola perubahan, kontinuitas, serta sebab-akibat yang membentuk kondisi sosial, politik, dan budaya di masa kini. Oleh karena itu, menegaskan bahwa sejarah adalah ilmu tentang waktu berarti mengakui perannya yang krusial dalam menyingkap perjalanan kompleks manusia di muka bumi.

Nah, apa saja yang dapat dibicarakan tentang waktu? di dalam waktu terjadi empat hal; (1) perkembangan, (2) kesinambungan, (3) pengulangan, dan (4) perubahan.

Berbicara soal perkembangan, perkembangan dapat terjadi apabila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk ke bentuk lain. Pada umumnya masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang lebih kompleks. Proses ini mengimplikasikan adanya kontinuitas internal tanpa campur tangan eksternal yang signifikan.

Perkembangan mengandaikan tidak ada pengaruh luar yang menyebabkan pergeseran. Kesinambungan terjadi apabila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi dari lembaga-lembaga lama. Kesinambungan, dalam hal ini, terwujud ketika elemen-elemen baru di dalam masyarakat secara selektif mengadopsi atau mengintegrasikan institusi dan norma lama.

Di sisi lain, fenomena pengulangan terjadi ketika peristiwa masa lalu terulang kembali dalam konteks yang berbeda. Namun, yang seringkali menjadi sorotan utama adalah perubahan. Berbeda dengan perkembangan yang lebih gradual, perubahan mengacu pada pergeseran masyarakat yang terjadi secara masif dan dalam rentang waktu yang relatif singkat. Ini bisa berupa revolusi sosial, adaptasi teknologi yang cepat, atau transformasi politik yang mendalam.Asumsinya dari perubahan ini adalah perkembangan besar-besaran dan dalam waktu yang relatif singkat.

Untuk memahami dan mengkaji setiap tahapan dalam evolusi masyarakat ini, sejarah menggunakan metode periodesasi atau pembabakan waktu. Tujuan utama periodesasi adalah untuk memberikan kejelasan mengenai karakteristik unik dari setiap era, sehingga memudahkan pemahaman akan dinamika yang terjadi di dalamnya. Sebagai contoh, periodesasi sejarah Indonesia membagi alur waktu menjadi beberapa babak kunci: Masa Pra-aksara, Zaman Kuno, Zaman Islam, dan Zaman Modern. Setiap periode ini ditandai dengan ciri-ciri khas dalam aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya. Penting untuk dicatat bahwa pembabakan waktu ini tidaklah mutlak, melainkan disesuaikan dengan fokus dan jenis sejarah yang ingin ditulis, memungkinkan fleksibilitas dalam interpretasi dan analisis.

Sejarah Ilmu Tentang Sesuatu Yang Mempunyai Makna Sosial

Tidaklah semua peristiwa yang terjadi di masa lalu penting untuk perkembangan dan perubahan masyarakat. Semisal adalah mengenai kedatangan para haji yang kembali ke Indonesia mungkin hanyalah sebuah peristiwa biasa. Akan tetapi, kedatangan para haji tertentu menjadi penting karena pada tahun 1888 merekalah yang mengobarkan pemberontakan petani Banten.

Tidak semua peristiwa di masa lalu memiliki dampak signifikan terhadap perkembangan dan perubahan masyarakat. Sebagai contoh, kembalinya rombongan haji ke Indonesia seringkali dianggap sebagai kejadian rutin. Namun, kedatangan haji tertentu pada tahun 1888 menjadi krusial karena merekalah yang kemudian mengobarkan pemberontakan petani di Banten. Peristiwa ini menyoroti bagaimana figur atau kelompok yang tampaknya biasa dapat menjadi katalisator bagi perubahan sosial yang besar.

Kedatangan para haji tersebut, yang membawa serta pengalaman dan mungkin ide-ide baru dari Tanah Suci, rupanya mampu memobilisasi masyarakat petani yang sudah lama merasakan ketidakadilan dan penindasan. Mereka berhasil mengubah kepulangan pribadi menjadi pemicu sebuah gerakan kolektif yang menuntut perubahan, membuktikan bahwa bahkan peristiwa yang terkesan biasa bisa memuat potensi revolusioner jika kondisi sosial dan pemimpin yang tepat bertemu.

Sebagai contoh yang lain adalah mengenai kepergian Pakubuwana X ke tempat peristirahatan mungkin tidak penting. Meskipun kepergian Pakubuwana X ke tempat peristirahatan terakhirnya mungkin tampak sebagai peristiwa personal yang tidak memiliki implikasi politis luas. Akan tetapi ketika Pakubuwana X pergi ke daerah-daerah pada tahun 1910-an dapat menjadi penting bagi Pemerintah Kolonial, karena dianggap telah menggugah semangat nasionalisme Jawa. 

Pada periode tersebut, sentimen nasionalisme di Jawa mulai bergejolak, dan kehadiran Pakubuwana X di tengah-tengah rakyatnya dipandang oleh Belanda sebagai katalisator yang potensial untuk membangkitkan semangat kebangsaan di kalangan masyarakat Jawa. Interaksi langsung Pakubuwana X dengan rakyatnya diyakini dapat memperkuat ikatan emosional dan identitas bersama, yang pada gilirannya dapat memicu atau mempercepat pergerakan nasionalisme yang lebih terorganisir. Oleh karena itu, bagi Pemerintah Kolonial, setiap langkah dan tindakan Pakubuwana X di luar keraton menjadi subjek pengawasan ketat, karena mereka khawatir popularitas dan pengaruhnya dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan yang mengancam kekuasaan kolonial mereka.

Sejarah Ilmu Tentang Sesuatu Yang Tertentu, Satu-Satunya, dan Terperinci

Sejarah secara fundamental adalah disiplin ilmu yang terikat pada kekhususan. Dalam aspek ini, sejarah jelas berbeda dari filsafat atau ilmu-ilmu lain yang cenderung berfokus pada konsep-konsep umum dan universal. Ambil contoh, ketika sejarah membahas fenomena mobilitas sosial — yaitu perpindahan individu atau kelompok dari satu tingkatan sosial ke tingkatan sosial lainnya — ia tidak bisa hanya berbicara secara abstrak.

Sebaliknya, pembahasan tersebut harus sangat spesifik dan konkret: kapan mobilitas sosial itu terjadi dan di mana lokasinya. Inilah titik krusial yang membedakan pendekatan sejarah dengan, misalnya, sosiologi. Sosiologi mungkin akan menganalisis pola umum mobilitas sosial dan faktor-faktor yang memengaruhinya secara teoretis, tetapi sejarah akan menyoroti peristiwa dan kondisi spesifik yang membentuk mobilitas sosial pada periode dan tempat tertentu. Kejelasan konteks waktu dan tempat inilah yang memberikan kedalaman dan akurasi pada narasi sejarah.

Kasus yang diambil misalnya adalah tentang mobilitas sosial di Inggris pada abad ke-18 akibat Revolusi Industri. Dalam konteks ini, sosiologi dapat menganalisis pola mobilitas sosial yang lebih luas dalam masyarakat industrial secara umum, mengidentifikasi tren, struktur, dan faktor-faktor pendorong yang bersifat universal. Di sisi lain, sejarah, sebagai ilmu yang berfokus pada keunikan dan kekhasan, akan mendalami peristiwa spesifik tersebut dengan segala detailnya. Sejarah haruslah menuliskan tentang Revolusi Perancis 1789, misalnya, sebagai suatu kejadian yang hanya terjadi satu kali, dengan segala konteks tempat dan waktu yang spesifik. Ia tidak akan membahas "revolusi pada umumnya" yang bisa terulang di tempat atau waktu lain. Sebaliknya, sejarah akan menekankan bahwa Revolusi Perancis 1789 adalah fenomena tunggal yang tidak dapat terulang atau digeneralisasi, menggali keunikan penyebab, jalannya peristiwa, dan dampaknya yang spesifik pada saat itu.

Sejarah haruslah terperinci, detail. Maksudnya sejarah harus menyajikan yang kecil-kecil tidak terbatas pada hal-hal yang besar. Jikalau sejarah akan bercerita tentang suatu kelompok sosial, semisal dalam hal ini yang menjadi contoh adalah mengenai bangsawan di Surakarta pada abad ke-19, maka ia harus menulis tentang hal-hal yang sekecil-kecilnya, tentang pendidikan, perkawinan dan sebagainya dari para bangsawan. Sejarawan adalah “master of details“.

Sejarah haruslah terperinci, detail. Maksudnya, sejarah harus menyajikan informasi hingga ke hal-hal kecil, tidak terbatas pada peristiwa besar saja. Jikalau sejarah akan bercerita tentang suatu kelompok sosial, semisal dalam hal ini yang menjadi contoh adalah mengenai bangsawan di Surakarta pada abad ke-19, maka ia harus menulis tentang hal-hal yang sekecil-kecilnya. Ini berarti sejarawan perlu menggali lebih dalam, melampaui silsilah dan peran politik umum. Mereka harus menelusuri aspek-aspek kehidupan sehari-hari bangsawan, seperti sistem pendidikan yang mereka tempuh, tradisi dan prosesi perkawinan yang mereka jalani, hingga kebiasaan sosial dan interaksi antarindividu di lingkungan mereka. Bahkan, rincian mengenai pola konsumsi, mode pakaian, atau jenis hiburan yang populer di kalangan bangsawan pada masa itu dapat memberikan gambaran yang jauh lebih kaya dan akurat. 

Dengan demikian, sejarawan bertindak sebagai “master of details“ yang bertugas menyatukan kepingan-kepingan kecil informasi ini menjadi narasi yang utuh dan komprehensif, memungkinkan pembaca untuk benar-benar memahami nuansa kehidupan suatu kelompok di masa lalu.

Definisi Sejarah

Jadi, apakah sejarah itu? menurut Kuntowijoyo sejarah adalah rekonstruksi masa lalu. Jangan dibayangkan bahwa membangun kembali masa lalu itu untuk kepentingan masa lalu sendiri; itu antikuarianisme dan bukan sejarah. Juga jangan dibayangkan masa lalu yang jauh. Apa yang direkonstruksi sejarah? ialah apa saja yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami oleh orang. Sejarawan dapat menulis apa saja, asal memenuhi syarat untuk disebut sejarah.

Pengertian Sejarah Menurut Para Ahli

Di dalam buku-buku sejarah amat banyak pengertian tentang sejarah yang diuraikan oleh para tokoh yang mencoba mendefinisikan tentang pengertian sejarah. Buku-buku sejarah itu mendefinisikan apa yang dimaksud dengan sejarah. Baik tentang kedudukan sejarah sebagai ilmu, kisah, seni atau pun menyoal tentang hakikat yang terkandung di dalam sejarah.

Pada dasarnya pengertian-pengertian tersebut memiliki persamaan meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa juga terdapat perbedaan-perbedaan di dalamnya yang disebabkan oleh luasnya bidang ilmu sejarah. Berikut ini adalah pengertian sejarah yang didefinisikan oleh beberapa ahli yaitu;

Pengertian Sejarah Menurut Abramiwitz

Menurut Abramiwitz, sejarah dapat diartikan sebagai suatu runtutan peristiwa yang telah terjadi pada sebuah kejadian.

Pengertian Sejarah Menurut Aristoteles

Menurut Aristoteles, sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal tersusun dalam bentuk kronologi. Aristoteles juga berpendapat bahwa sejarah mencakup peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkret.

Pengertian Sejarah Menurut Benedetto Croce

Menurut Benedetto Croce, Sejarah merupakan rekaman kreasi jiwa manusia di semua bidang baik teoritikal maupun praktikal. Kreasi spiritual ini senantiasa lahir dalam hati dan pikiran manusia jenius, budayawan, pemikir yang mengutamakan tindakan dan pemburu agama.

Pengertian Sejarah Menurut Beverley Southgate

Menurut Beverley Southgate, sejarah sebagai sebuah studi masa lampau, secara ideal studi tersebut merupakan suatu penyajian masa lalu sebagaimana adanya. Sejarah merupakan suatu studi yang menampilkan suatu kenyataan; tidak hanya dapat dinikmati adanya, tetapi juga secara moral berguna di dalam pengajaran.

Pengertian Sejarah Menurut Charles Harding Firth

Menurut Charles Harding Firth, sejarah merekam kehidupan masyarakat manusia, perubahan masyarakat yang terus menerus, merekam ide-ide yang membatasi aksi-aksi masyarakat, dan merekam kondisi-kondisi material yang telah membantu atau merintangi perkembangnnya.

Pengertian Sejarah Menurut Cleveland

Menurut Cleveland, sejarah dapat diartikan sebagai sebuah konsep yang akan dilihat untuk mengenali kehidupan manusia.

Pengertian Sejarah Menurut Collingwood

Menurut Collingwood, sejarah adalah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau.

Pengertian Sejarah Menurut Costa

Menurut Costa, sejarah dapat didefinisikan sebagai catatan keseluruhan pengalaman manusia. Pada hakikatnya sejarah merupakan catatan seluruh pengalaman, baik secara individu maupun kolektif bangsa dimana masa lalu tentang kehidupan umat manusia.

Pengertian Sejarah Menurut Edward Hallet Carr

Menurut Edward Hallet Carr, sejarah adalah dialog yang tak pernah selesai antara masa sekarang dan masa lampau, suatu proses interaksi yang berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yang dimilikinya.

Pengertian Sejarah Menurut Ernst Bernheim

Menurut Ernst Bernheim, sejarah adalah sebuah ilmu yang menelusuri serta menempatkan peristiwa-peristiwa tertentu dalam waktu dan ruang mengenai perkembangan manusia, baik secara perorangan maupun kolektif, sebagai makhluk sosial dalam hubungan sebab akibat,baik lahir maupun batin.

Pengertian Sejarah Menurut Ertis Stern

Menurut Ertis Stern, sejarah itu timbul dari suatu persoalan yang hidup dan bahkan melayani hidup masyarakat. Karena itu, sejarah akan berubah-ubah bersama dengan berubahnya waktu, harapan dan pemikiran rasa cemas yang tumbuh kemudian.

Pengertian Sejarah Menurut Gustafson

Menurut Gustafson, sejarah merupakan puncak gunung pengetahuan manusia dari mana perbuatan generasi kita mungkin direkam dan dipasang ke dalam dimensi yang tepat.

Pengertian Sejarah Menurut Henri Pirenne

Menurut Henri Pirenne, sejarah merupakan sebuah kisah mengenai berbagai peristiwa dan aktivitas manusia yang hidup dalam masyarakat.

Pengertian Sejarah Menurut Henry Steele Commager

Menurut Henry Steele Commager, sejarah merupakan rekaman keseluruhan tentang masa lampau kesusastraan hukum, bangunan, pranata sosial, agama, filsafat dan semua yang teringat dalam memori manusia.

Pengertian Sejarah Menurut Herodotus

Menurut Herodotus yang dijuluki sebagai “The Father of History“, sejarah dapat diartikan sebagai satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.

Pengertian Sejarah Menurut Ismaun

Menurut Ismaun, sejarah adalah suatu ilmu pengetahuan tentang kisah mengenai peristiwa-peristiwa yang benar-benar telah terjadi atau berlangsung dalam segala aspeknya di masa lampau. Sejarah merupakan catatan atau rekaman pilihan yang disusun secara teliti tentang segala aspek kehidupan umat manusia di masa lampau.

Pengertian Sejarah Menurut Ibnu Khaldun

Menurut Ibnu Khaldun, ejarah sebagai catatan tentang masyarakat umum manusia atau peradaban manusia yang terjadi pada watak/sifat masyarakat itu.

Pengertian Sejarah Menurut Jan Marius Romein

Menurut Jan Marius Romein, Kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata history dalam bahasa Inggris dan geschichte dalam bahasa Jerman yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau.

Pengertian Sejarah Menurut J. Bank

Menurut J. Bank, sejarah adalah semua kejadian/peristiwa masa lampau. Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Semua kejadian yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan manusia. Dalam kejadian atau peristiwa tersebut terdapat bagaimana manusia berperilaku.

Pengertian Sejarah Menurut J. V. Bryce

Menurut J. V. Bryce, Sejarah adalah sebuah catatan dari apa yang telah dipikirkan, dikatakan, dan diperbuat oleh manusia.

Pengertian Sejarah Menurut John Tosh

Menurut John Tosh, sejarah adalah memori kolektif, sumber pengalaman melalui pengembangan suatu rasa identitas sosial orang-orang dan prospek orang-orang tersebut di masa yang akan datang.

Pengertian Sejarah Menurut Karl Popper

Menurut Karl Popper, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang tertarik pada peristiwa-peristiwa spesifik dan penjelasannya. Sejarah sering dideskripsikan sebagai peristiwa-peristiwa masa lalu sebagaimana peristiwa itu benar-benar terjadi secara aktual.

Pengertian Sejarah Menurut Kuntowijoyo

Menurut Kuntowijoyo, sejarah adalah hal-hal yang menyuguhkan fakta secara diakronis, ideografis, unik, dan empiris. Sejarah bersifat diakronis karena berhubungan dengan waktu. Sejarah bersifat ideografis karena sejarah menggambarkan dan menceritakan sesuatu. Sejarah bersifat unik karena berisi hasil penelitian tentang hal unik.

Pengertian Sejarah Menurut Leopold Von Ranke

Menurut Leopold Von Ranke, sejarah adalah hal-hal yang sungguh-sungguh terjadi.

Pengertian Sejarah Menurut Moh. Ali

Menurut Moh. Ali, sejarah merupakan keseluruhan perubahan, dan kejadian-kejadian yang benar-benar telah terjadi. Ilmu sejarah merupakan disiplin ilmu yang menyelidiki perubahan-perubahan yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Pengertian Sejarah Menurut Moh. Hatta

Menurut Moh. Hatta sejarah bukan melahirkan cerita dari kejadian masa lalu, melainkan memberikan pengertian masa lalu sebagai masalah-masalah.

Pengertian Sejarah Menurut Moh. Yamin

Menurut Moh. Yamin, sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan beberapa peristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan.

Pengertian Sejarah Menurut Muthahhari

Menurut Muthahhari, ada tiga cara untuk mendefinisikan sejarah dan ada tiga disiplin kesejarahan yang saling berkaitan yaitu:

  1. Sejarah tradisional yaitu pengetahuan tentang kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
  2. Sejarah ilmiah yaitu pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh melalui pendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.
  3. Filsafat sejarah yaitu pengetahuan tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini. Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang mewujudnya saja.

Pengertian Sejarah Menurut Norman E. Cantor

Menurut Norman E. Cantor, sejarah adalah studi tentang apa yang diperbuat, dikatakan dan dipikirkan oleh manusia pada masa lalu.

Pengertian Sejarah Menurut Nugroho Notosusanto

Menurut Nugroho Notosusanto, bahwa sejarah adalah peristiwa-peristiwa yang menyangkut manusiasebagai mahluk bermasyarakat yang terjadi pada masa lampau. Sejarah diartikan pula sebagai kisah mengenai segala peristiwa itu, kisah itu disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan dari berbagai peristiwa itu.

Pengertian Sejarah Menurut Patrick Gardiner

Menurut Patrck Gardiner, sejarah adalah ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia.

Pengertian Sejarah Menurut Robert V. Daniels

Menurut Robert V. Daniels, sejarah adalah kenangan dari tumpuan masa silam. Sejarah dimaksud dalam definisi sejarah manusia sebagai pelaku sejarah. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia adalah kemampuan untuk menangkap kejadian-kejadian yang ada di sekelilingnya. Hasil tangkapan tersebut menjadi ingatan atau memori dalam dirinya yang akan menjadi sumber sejarah.

Pengertian Sejarah Menurut Robin Winks

Menurut Robin Winks, sejarah adalah sebuah studi tentang manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Pengertian Sejarah Menurut Rochiati Wiriatmaja

Menurut Rochiati Wiriatmadja bahwa sejarah adalah disiplin ilmu yang menjanjikan etika, moral, kebijaksanaan, nilai-nilai spritual dan kultural karena kajiannya yang bersifat memberikan pedoman kepada keseimbangan hidup, harmoni dalam nilai-nilai, keteladanan dalam keberhasilan dan kegagalan dan cerminan pengalaman kolektif yang menjadi kompas untuk kehidupan masa depan.

Pengertian Sejarah Menurut Roeslan Abdulgani

Menurut Roeslan Abdulgani, sejarah sebagai disiplin ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara sistematis keseluruhan perkembangan masyarakat serta kemanusiaan di masa lalu beserta kejadian-kejadiannya; dengan maksud untuk menilai secara kritis seluruh hasil penelitiannya, untuk dijadikan perbendaharaan-pedoman bagi penilaian dan penentuan keadaan masa sekarang serta arah progres masa depan.

Roeslan Abdulgani mengibaratkan sejarah seperti penglihatan tiga dimensi; pertama penglihatan ke masa silam, kedua ke masa sekarang, dan ketiga ke masa yang akan datang. Artinya,perihal penyelidikan masa silam tidak dapat melepaskan diri dari kenyataan-kenyataan masa sekarang yang sedang dihadapi, dan sedikit banyak tidak dapat kita melepaskan diri dari perspektif masa depan.

Pengertian Sejarah Menurut Sartono Kartodirdjo

Menurut Sartono Kartodirdjo, Sejarah merupakan bentuk penggambaran pengalaman kolektif di masa lalu, dan untuk mengungkapnya dapat melalui aktualisasi dan penetasan pengalaman masa lalu. Menceritakan suatu kejadian adalah cara membuat hadirnya kembali peristiwa tersebut dengan cara pengungkapan verbal.

Pengertian Sejarah Menurut Shefer

Menurut Shefer, sejarah dapat diartikan sebagai sebuah peristiwa yang telah lalu dan memang benar-benar terjadi.

Pengertian Sejarah Menurut Sidi Gazalba

Menurut Sidi Gazalba, sejarah adalah masa lampau manusia serta seputarnya yang disusun dengan ilmiah dan juga lengkap yang meliputi urutan-urutan fakta masa tersebut dengan penjelasan yang memberi pemahaman tentang apa yang berlaku.

Pengertian Sejarah Menurut Sunnal dan Haas

Menurut Sunnal dan Haas, sejarah adalah studi kronologis dengan menafsirkan dan mencari arti dari peristiwa dan berlalu metode sistematis untuk mengungkap kebenaran.

Pengertian Sejarah Menurut Taufik Abdullah

Menurut Taufik Abdullah, sejarah adalah tindakan manusia dalam jangka waktu tertentu di masa lampau yang dilakukan di tempat tertentu.

Pengertian Sejarah Menurut Thomas Carlyle

Menurut Thomas Carlyle, sejarah merupakan sebuah peristiwa pada masa lampau yang mempelajari tentang biografi orang terkenal. Mereka merupakan seorang penyelamat pada zamannya. Mereka juga merupakan orang yang besar yang dicatat sebagai peletak dasar sejarah tersebut.

Pengertian Sejarah Menurut W. H. Walsh

Menurut W. H. Walsh, sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia yang meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia di masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.

Pengertian Sejarah Menurut W.J.S Poerwadaminta

Menurut W.J.S Poerwadaminta, sejarah sebagai adalah asal-usul (keturunan) silsilah, Kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau; riwayat; tambo; cerita serta Pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau.

Pengertian Sejarah Menurut Wiliam H. Frederick

Menurut William H. Frederick, kata sejarah berasal dari bahasa Arab ‘syajaratun’ yang berarti pohon atau keturunan atau asal-usul. Dalam Bahasa Indonesia menjadi ‘sejarah’. Menurut kata syajarah atau sejarah berarti gambaran silsilah atau keturunan.

Pada dasarnya semua pengertian itu didasari pada hal yang sama yakni sejarah adalah peristiwa yang terjadi di masa lalu tentang kehidupan manusia dan atau masyarakat dengan memiliki dampak yang besar bagi peristiwa setelahnya dan kehidupan di masa sekarang.

Daftar Bacaan

  • Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
  • Kartodirdjo, Sartono. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.