Australopithecus deyiremeda (3.5 - 3,3 Juta Tahun Yang Lalu)
Australopithecus deyiremeda adalah spesies hominin purba yang hidup sekitar 3,5 hingga 3,3 juta tahun lalu di wilayah Woranso–Mille, Ethiopia. Hingga saat ini, keberadaannya masih menjadi subjek diskusi para ahli karena hanya diidentifikasi melalui tiga fragmen tulang rahang. Hal ini memicu perdebatan apakah ia benar-benar spesies baru yang unik atau sebenarnya merupakan bagian dari kelompok A. afarensis yang lebih populer.
Meskipun bukti fosilnya terbatas, A. deyiremeda memiliki ciri khas yang membedakannya dari hominin awal lainnya, yaitu tulang pipi yang lebih menonjol ke depan dan ukuran gigi geraham yang cenderung lebih kecil. Selain itu, ditemukan fosil kaki dengan jempol yang fleksibel (mirip kera) di wilayah yang sama. Jika terbukti bahwa kaki tersebut milik A. deyiremeda, maka spesies ini memiliki kemampuan memanjat yang jauh lebih baik daripada kerabat Australopithecus lainnya.
Spesies ini mendiami lingkungan "mosaik" yang bervariasi, mulai dari padang rumput terbuka hingga hutan di tepian sungai. Menariknya, antropolog Fred Spoor menduga spesies ini mungkin adalah pencipta alat batu kuno (industri Lomekwi) yang selama ini dikaitkan dengan Kenyanthropus.
Karena hidup berdampingan dengan A. afarensis, kedua spesies ini kemungkinan besar melakukan "pembagian relung" untuk menghindari persaingan langsung. Strateginya adalah dengan mengonsumsi jenis makanan cadangan yang berbeda saat sumber daya alam sedang sulit didapat.
Klasifikasi Dan Evolusi
Australopithecus deyiremeda pertama kali diperkenalkan kepada dunia pada tahun 2015 oleh paleoantropolog Ethiopia, Yohannes Haile-Selassie. Spesies ini diidentifikasi berdasarkan temuan fosil tulang rahang di wilayah Woranso–Mille, Afar, Ethiopia.
Proses penemuan ini melibatkan beberapa spesimen penting:
- Maret 2011: Penduduk lokal bernama Mohammed Barao menemukan spesimen utama (holotipe) berupa rahang atas kiri dengan susunan gigi yang hampir lengkap.
- Temuan Pendukung: Pemburu fosil Ato Alemayehu Asfaw juga menemukan rahang bawah lengkap dan tulang rahang kanan tanpa gigi sebagai spesimen tambahan.
- Penanggalan: Berdasarkan sedimen di lokasi penemuan, fosil-fosil ini diperkirakan berasal dari masa Pliosen Tengah, sekitar 3,5 hingga 3,3 juta tahun yang lalu.
Nama "deyiremeda" diambil dari bahasa Afar yang berarti "kerabat dekat". Nama ini dipilih karena para penemu meyakini bahwa spesies ini merupakan kerabat dekat dari garis keturunan Australopithecus pada periode selanjutnya.
Meskipun para peneliti yakin bahwa perbedaan fisik fosil ini cukup signifikan untuk disebut sebagai spesies baru yang hidup berdampingan dengan A. afarensis (seperti "Lucy"), komunitas ilmiah masih mendiskusikan validitasnya. Terdapat dua poin utama dalam perdebatan ini:
- Variasi Spesies: Mengingat jumlah sampel yang masih sedikit, beberapa ahli mempertanyakan apakah fosil ini benar-benar spesies baru atau hanya variasi bentuk normal dari A. afarensis.
- Klasifikasi Ulang: Jika A. deyiremeda terbukti sebagai spesies yang sah, maka banyak fosil yang selama ini dianggap sebagai A. afarensis mungkin harus diklasifikasikan ulang.
Meskipun rahang A. deyiremeda memiliki kemiripan fisik dengan genus Paranthropus yang kekar, Haile-Selassie mencatat bahwa keduanya kemungkinan tidak berkerabat dekat. Hal ini dikarenakan A. deyiremeda tidak memiliki ciri khas utama Paranthropus, yaitu gigi geraham yang sangat besar.
Ciri-Ciri Fisik
Meskipun berasal dari periode awal, rahang A. deyiremeda menunjukkan kombinasi unik antara ciri primitif dan ciri yang menyerupai spesies Homo serta Paranthropus. Secara fisik, rahangnya sedikit menonjol (prognatisme) dengan sudut sekitar 39 derajat, serupa dengan hominin awal lainnya. Namun, tulang pipinya terletak lebih ke depan dibandingkan A. afarensis.
Beberapa ciri gigi dan rahang yang menonjol meliputi:
- Struktur Gigi: Dinding gigi pipi cenderung miring (seperti Paranthropus) dan bukan tegak lurus.
- Ukuran Gigi: Gigi taring atasnya relatif kecil, sedangkan gigi pipinya termasuk yang terkecil di antara hominin Pliosen.
- Enamel dan Kekuatan: Meskipun giginya kecil, lapisan enamelnya tebal dan rahangnya sangat kokoh, menyerupai karakteristik P. robustus.
Pada tahun 2012, ditemukan fosil kaki parsial (BRT-VP-2/73) berusia 3,4 juta tahun di wilayah Burtele. Awalnya, fosil ini sulit diklasifikasikan karena memiliki jempol kaki yang dapat menggenggam (mirip Ardipithecus ramidus), berbeda dari hominin lain di zamannya.
Titik terang muncul pada tahun 2025 ketika Haile-Selassie dan timnya menemukan material fosil baru dari unit stratigrafi yang sama. Temuan ini mengonfirmasi bahwa Fosil kaki BRT-VP-2/73 kini dapat dengan yakin ditetapkan sebagai bagian dari A. deyiremeda. Spesies ini memiliki morfologi gigi dan tubuh yang lebih primitif dibanding A. afarensis, dengan kemampuan menggenggam kaki yang lebih kuat. Berdasarkan analisis, A. deyiremeda mengonsumsi makanan yang didominasi oleh tumbuhan C3, pola makan yang serupa dengan spesies A. anamensis yang lebih tua.
Persebaran Dan Kemampuan Adaptasi
Australopithecus deyiremeda memiliki tulang rahang yang kuat dan lapisan enamel gigi yang tebal. Ciri fisik ini mengindikasikan bahwa mereka mengonsumsi makanan keras, seperti rumput teki, yang merupakan makanan umum kelompok hominin Australopith. Namun, terdapat temuan menarik pada gigi seri atas, taring, dan premolar pertama yang menunjukkan hipoplasia—sebuah kondisi kerusakan enamel. Hal ini diduga terjadi karena periode kekurangan gizi atau penyakit yang dialami individu tersebut saat masih bayi.
Sebagai pemakan segala (generalis), A. deyiremeda kemungkinan besar berbagi wilayah dengan A. afarensis. Para ahli menduga keduanya melakukan partisi relung; artinya, meski tinggal di area yang sama, perbedaan struktur gigi menunjukkan bahwa mereka memiliki preferensi makanan atau habitat yang berbeda untuk menghindari persaingan langsung. Pola ini serupa dengan interaksi antara simpanse dan gorila saat ini: mereka berbagi sumber makanan saat melimpah, namun beralih ke jenis makanan cadangan yang berbeda ketika sumber utama menipis.
Terdapat keterkaitan menarik antara A. deyiremeda dengan industri alat batu tertua di dunia, yaitu Lomekwian (berusia 3,3 juta tahun) di Kenya Utara. Awalnya, alat-alat ini dikaitkan dengan Kenyanthropus karena kemiripan fitur rahang dan tulang pipi. Namun, karena ciri-ciri tersebut juga ditemukan pada A. deyiremeda, antropolog Fred Spoor menyarankan bahwa spesies inilah yang mungkin berada di situs tersebut.
Budaya Lomekwian sendiri merupakan pencapaian awal teknologi hominin. Para pembuatnya menggunakan teknik sederhana namun lebih kompleks dibanding primata non-manusia: mereka memegang inti batu (seperti basal atau fonolit) dengan satu tangan, lalu memukulnya secara vertikal menggunakan batu palu untuk menghasilkan serpihan tajam.
Wilayah Woranso–Mille pada masa Pliosen Tengah merupakan sebuah lanskap mosaik yang sangat beragam. Fosil-fosil yang ditemukan di sana mencakup hewan penggembala (seperti impala dan gajah) hingga penghuni hutan (seperti monyet dan jerapah).
Berdasarkan analisis pada gigi dan kaki hewan berkuku di wilayah tersebut, lingkungan ini terdiri dari perpaduan antara padang rumput terbuka yang luas dan hutan lebat di sepanjang tepian sungai atau danau. Kondisi lingkungan yang heterogen ini serupa dengan habitat A. anamensis dan A. afarensis, menunjukkan bahwa spesies-spesies hominin awal ini sangat adaptif dan tidak hanya bergantung pada satu jenis lingkungan tertentu.
