Australopithecus Garhi: Antara Nenek Moyang Manusia dan Pengguna Alat Batu Pertama

Australopithecus Garhi (2,6 - 2,5 Juta Tahun Yang Lalu)

Australopithecus garhi adalah spesies hominin yang hidup sekitar 2,5 hingga 2,6 juta tahun lalu di wilayah Afar, Ethiopia. Spesies ini pertama kali dideskripsikan pada tahun 1999 setelah ditemukan di Formasi Bouri. Meskipun awalnya dianggap sebagai nenek moyang langsung manusia modern (Homo), para ahli kini lebih condong menganggapnya sebagai cabang samping dalam silsilah keluarga manusia.

Signifikansi utama dari A. garhi terletak pada perilakunya. Spesies ini diduga kuat sebagai hominin pra-Homo pertama yang mampu membuat dan menggunakan alat batu untuk menyembelih hewan. Temuan ini mematahkan anggapan lama bahwa kemampuan membuat alat hanya dimiliki oleh genus Homo. Meski ada kemungkinan alat-alat tersebut dibuat oleh spesies Homo lain yang hidup sezaman, banyak ahli menduga A. garhi berperan dalam industri alat batu Oldowan yang sebelumnya dikaitkan dengan Homo habilis.

Klasifikasi Dan Evolusi Australopithecus garhi

Australopithecus garhi adalah spesies hominin dari Ethiopia yang pertama kali dideskripsikan pada tahun 1999 oleh tim paleoantropolog yang dipimpin oleh Berhane Asfaw dan Tim D. White. Nama "garhi" diambil dari bahasa Afar yang berarti "kejutan", karena karakteristik fisik spesies ini sangat tidak terduga bagi para peneliti saat itu.

Sejarah Penemuan Fosil Fosil-fosil spesies ini ditemukan di Formasi Bouri, wilayah Awash Tengah, Ethiopia. Penemuan dimulai secara bertahap:

  1. Tahun 1990: Ditemukan fragmen tulang tengkorak dan rahang, namun saat itu peneliti belum bisa menentukan jenis genusnya.
  2. Tahun 1996: T. Assebework menemukan tulang ulna (lengan bawah) dewasa yang menjadi identitas pertama Australopithecus di lokasi tersebut. Tak lama kemudian, kerangka parsial yang terdiri dari tulang kaki dan lengan ditemukan oleh Tim White.
  3. Tahun 1997: Yohannes Haile-Selassie menemukan spesimen holotipe (tengkorak parsial). Di tahun yang sama, ditemukan pula rahang bawah (mandibula) lengkap serta tulang lengan di lokasi yang berdekatan.

Meskipun banyak fosil ditemukan, para ahli mencatat bahwa beberapa spesimen (seperti BOU-VP-11, -12, dan -35) belum bisa dipastikan secara mutlak sebagai bagian dari spesies A. garhi.

Posisi dalam Evolusi Manusia

Berdasarkan penanggalan argon–argon, sisa-sisa ini diperkirakan berusia 2,5 juta tahun lalu. Penemuan ini sangat penting karena mengisi kekosongan informasi mengenai evolusi manusia pada rentang 3 hingga 2 juta tahun lalu, masa di mana catatan fosil masih sangat minim.

Para peneliti awal menduga A. garhi adalah keturunan dari A. afarensis dan kemungkinan besar merupakan nenek moyang langsung dari genus Homo (manusia modern). Jika teori ini benar, spesies ini mungkin akan diklasifikasikan ulang sebagai Homo garhi.

Namun, teori ini menuai perdebatan:

  1. Cabang Samping: David Strait dan Frederick E. Grine berpendapat bahwa A. garhi bukanlah nenek moyang manusia, melainkan cabang samping dalam pohon evolusi karena tidak memiliki ciri unik yang sama dengan genus Homo.
  2. Bukti Baru: Pada tahun 2015, ditemukan bukti bahwa genus Homo sudah ada sejak 2,8 juta tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa genus Homo muncul jauh lebih awal daripada A. garhi, sehingga mematahkan teori bahwa A. garhi adalah nenek moyang langsung manusia.

Ciri-Ciri Fisik Australopithecus Garhi

Karakteristik Kepala dan Gigi

Secara fisik, Australopithecus garhi memiliki banyak kemiripan dengan kelompok australopithecus  lainnya. Spesies ini memiliki volume otak sekitar 450 cc, tonjolan tulang (sagittal crest) di sepanjang garis tengah tengkorak, dan rahang yang menonjol ke depan (prognathic). Salah satu ciri khasnya adalah ukuran gigi belakang (geraham dan pra-geraham) yang sangat besar, atau disebut megadontia. Ukuran gigi ini setara atau bahkan lebih besar dibandingkan spesies Paranthropus robustus yang dikenal memiliki gigi raksasa.

Proporsi Tubuh dan Cara Bergerak

Sama seperti spesies A. afarensis, A. garhi menunjukkan kombinasi ciri fisik yang unik. Mereka memiliki proporsi tulang lengan atas terhadap tulang paha yang mirip manusia, namun rasio lengan bawah terhadap lengan atas (indeks brakial) serta tulang jari tangan yang melengkung masih menyerupai kera. Para ahli mengartikan struktur ini sebagai adaptasi ganda: mereka sudah terbiasa berjalan tegak dengan dua kaki (bipedalisme), namun tetap memiliki kemampuan untuk memanjat pohon dengan kuat (arboreal).

Variasi Ukuran dan Dimorfisme Seksual

Berdasarkan temuan fosil, terdapat perbedaan ukuran yang signifikan antar individu. Contohnya, spesimen lengan atas BOU-VP-35/1 jauh lebih besar daripada spesimen BOU-VP-12/1. Meskipun hanya didasarkan pada dua sampel, perbedaan ini diduga menunjukkan dimorfisme seksual, di mana pejantan memiliki tubuh yang jauh lebih besar daripada betina—mirip dengan pola pada A. afarensis. Diperkirakan, individu betina memiliki tinggi sekitar 140 cm, ukuran yang serupa dengan hominin lain yang hidup di wilayah Kenya pada masa itu.

Pola Pertumbuhan yang Unik

Berbeda dengan manusia modern yang memiliki masa kanak-kanak yang panjang, Australopithecus umumnya tumbuh dengan cepat seperti kera. Namun, A. garhi memiliki keunikan pada kakinya yang memanjang. Pada manusia, pemanjangan kaki terjadi saat masa pertumbuhan remaja yang tertunda. Hal ini memicu dua kemungkinan teori: A. garhi mungkin memiliki pola pertumbuhan keseluruhan yang lebih lambat dibanding kerabatnya, atau mereka memiliki percepatan pertumbuhan khusus pada bagian kaki.

Diet, Kemampuan Adaptasi Dan Penggunaan Alat

Secara historis, ukuran gigi yang besar pada spesies Australopithecus dianggap sebagai adaptasi terhadap konsumsi makanan keras. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa struktur gigi yang kokoh tersebut mungkin lebih berfungsi sebagai mekanisme pertahanan selama masa sulit untuk mengonsumsi "makanan cadangan" yang lebih keras. Dengan kata lain, anatomi gigi mereka kemungkinan tidak mencerminkan pola makan harian yang normal, melainkan adaptasi untuk bertahan hidup di masa kelaparan.

Bukti Penggunaan Alat pada A. garhi (?)

Meskipun tidak ditemukan bersama peralatan fisik, fosil mamalia yang terkait dengan sisa-sisa A. garhi menunjukkan bukti aktivitas penjagalan. Ditemukan bekas potongan dan benturan batu pada rahang bovid (seperti antelop), tulang kaki bovid yang pecah untuk diambil sumsumnya, serta tulang paha kuda (Hipparion) yang menunjukkan bekas irisan daging.

Ketiadaan alat batu di lokasi Hatayae kemungkinan disebabkan oleh kondisi geografisnya yang berupa tepi danau tanpa bahan batuan mentah. Diduga, hominin ini membawa alat batu dari tempat lain dan menggunakannya berulang kali sebelum dibawa pergi kembali. Hal ini memicu perdebatan: apakah mereka memang mampu membuat alat batu—yang sebelumnya dianggap hanya bisa dilakukan oleh genus Homo—atau mereka hanya memanfaatkan batu tajam yang tersedia secara alami di alam.

Perdebatan Mengenai Pembuat Alat Pertama

Di situs Gona, ditemukan alat-alat industri Oldowan yang berasal dari 2,6–2,5 juta tahun lalu (jtl). Karena saat itu hanya A. garhi yang ditemukan di area tersebut, spesies ini sempat dianggap sebagai pembuat alat tersebut. Namun, penemuan fosil Homo (LD 350-1) di Ledi-Geraru yang berusia lebih tua (2,8 jtl) serta penemuan alat batu serupa dari tahun 2,6 jtl memperkuat kemungkinan bahwa teknologi tersebut sebenarnya adalah ciri khas genus Homo.

Meski demikian, peran Australopithecus dalam pembuatan alat tidak bisa sepenuhnya diabaikan. Penemuan bekas potongan tulang dari 3,4 jtl yang dikaitkan dengan A. afarensis, serta budaya alat Lomekwi yang berusia 3,3 jtl, menunjukkan bahwa kemampuan memproses makanan dengan alat batu mungkin sudah dimulai jauh sebelum munculnya manusia purba pertama.