Misteri Shangchen: Siapa Pembuat Alat Batu Berusia 2 Juta Tahun di Tiongkok?

Situs Sangchen

Shangchen merupakan sebuah situs arkeologi Paleolitik Bawah yang terletak di Kabupaten Lantian, Shaanxi, Tiongkok, berjarak sekitar 25 km di sebelah selatan Weinan. Situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1964, dan penggalian dilakukan selama periode tahun 2004 hingga 2017.

Alat-alat batu yang ditemukan di situs tersebut telah ditanggali berdasarkan metode magnetostratigrafi dalam sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2018. Artefak-artefak tersebut ditemukan dalam 17 lapisan, yang diperkirakan oleh para peneliti berasal dari rentang waktu antara 1,26 juta tahun yang lalu (palaeosol S15) hingga 2,12 juta tahun yang lalu (loess L28). Penentuan tanggal 2,12 juta tahun yang lalu menjadikan artefak-artefak ini lebih tua 300.000 tahun dari fosil manusia purba paling awal yang diketahui di Eurasia, yaitu Homo erectus georgicus. Masih belum diketahui secara pasti apakah alat-alat tersebut dibuat oleh spesies awal dari genus Homo atau spesies hominin lainnya.

Penemuan dan Ekskavasi

Daerah Lantian merupakan lokasi ditemukannya fosil Homo erectus, yang kini dikenal sebagai Manusia Lantian, pada tahun 1964. Fosil tertua, berupa tengkorak, pada awalnya diperkirakan berusia 1,15 juta tahun yang lalu. Pada tahun 2001, ahli geologi Zhu Zhaoyu beserta ilmuwan lainnya kembali melakukan penelitian di lokasi tersebut dan menetapkan bahwa usia tengkorak tersebut adalah 1,63 juta tahun yang lalu.

Tim Zhu melakukan survei di wilayah sekitar lokasi fosil dan menemukan peralatan batu yang terkubur jauh di sisi jurang di Shangchen, yang berjarak kurang dari tiga mil. Tim tersebut, yang kemudian bergabung dengan paleoantropolog Inggris Robin Dennell pada tahun 2010, melakukan pencarian menyeluruh di jurang tersebut dan melakukan penggalian di lokasi antara tahun 2004 dan 2017. Hasil temuan mereka dipublikasikan pada bulan Juli 2018 dalam jurnal Nature.

Beberapa alat batu yang ditemukan di Situs Shangchen

Sebanyak 96 peralatan batu telah ditemukan di Shangchen, termasuk serpihan, mata panah, dan inti batu. Peralatan tersebut ditemukan dalam 17 lapisan artefak.

Lapisan artefak tertua di situs tersebut diperkirakan berasal dari 2,12 juta tahun yang lalu, sementara lapisan termuda berasal dari 1,26 juta tahun yang lalu. Hal ini mengindikasikan bahwa situs tersebut dihuni (tidak harus secara berkelanjutan) selama 850.000 tahun. Beberapa perkakas yang diduga ditemukan bersama fragmen tulang hewan, termasuk rusa dan sapi. Bahkan, sisa-sisa yang lebih tua mungkin masih belum ditemukan, karena lapisan terdalam di Shangchen belum dapat diakses hingga tahun 2018 karena area tersebut "masih aktif digunakan untuk pertanian".

Temuan ini berpotensi sangat signifikan karena temuan ini mungkin merupakan salah satu bukti paling awal keberadaan hominin di luar Afrika setelah Masol di India (temuan Masol juga kontroversial). Temuan ini melampaui Dmanisi di wilayah Kaukasus, Georgia, yang merupakan situs Paleolitikum Bawah tertua yang dikonfirmasi di luar Afrika, dengan perkiraan usia 1,85 juta tahun yang lalu. Situs ini juga lebih tua dari Manusia Yuanmou, fosil hominin tertua yang ditemukan di Asia Timur, dengan perkiraan usia 1,7 juta tahun yang lalu. Karena situs Shangchen tidak memiliki mineral vulkanik yang melimpah di situs-situs Afrika, penelitian ini menentukan usia sedimen menggunakan metode paleomagnetisme.

Para peneliti situs Shangchen ini berpendapat bahwa asal alami dari artefak yang diklaim dapat dikesampingkan karena Shangchen dan sekitarnya tidak memiliki sungai purba yang diketahui, yang mungkin telah mengukir batuan alami menjadi bentuk yang menyerupai perkakas buatan manusia. Seorang sarjana yang meninjau temuan tersebut, seperti Michael Petraglia, seorang arkeolog di Max Planck Institute for the Science of Human History di Jena, Jerman, menganggap penanggalan tersebut meyakinkan.

Robin Dennell, salah seorang penulis penelitian, yang berbicara kepada reporter Nature News, berspekulasi bahwa "pembuat perkakas Shangchen termasuk dalam spesies yang lebih awal dalam genus Homo" daripada H. erectus. William Jungers (yang tidak terkait dengan penelitian tersebut) bahkan menyatakan "kemungkinan bahwa pembuat perkakas Shangchen adalah spesies Australopithecus".

Situs arkeologi Shangchen di Tiongkok telah mengungkap artefak batu berusia antara 1,26 juta hingga 2,12 juta tahun yang lalu. Penemuan ini berpotensi menjadi bukti paling awal keberadaan hominin di luar Afrika, lebih tua dari situs Dmanisi di Georgia dan fosil Manusia Yuanmou di Asia Timur. Meskipun belum diketahui spesies hominin mana yang membuat alat-alat tersebut, temuan ini membuka kemungkinan bahwa spesies dari genus Homo yang lebih awal atau bahkan Australopithecus telah menghuni wilayah tersebut jauh lebih awal dari yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian ini menggunakan metode paleomagnetisme untuk menentukan usia sedimen, dan para peneliti meyakini bahwa artefak tersebut bukan berasal dari proses alami.

Daftar Bacaan

  • Zhu Zhaoyu ; Dennell, Robin; Huang Weiwen; Wu Yi; Qiu Shifan; Yang Shixia; Rao Zhiguo; Hou Yamei; Xie Jiubing; Han Jiangwei; Ouyang Tingping (2018). "Hominin occupation of the Chinese Loess Plateau since about 2.1 million years ago". Nature. 559 (7715): 608–612.
  • Meyer, Robinson (2018-07-11). "Ancient Humans Lived in China 2.1 Million Years Ago". The Atlantic. Retrieved 2018-07-14.
  • Zhu, Zhao-Yu (2015). "New dating of the Homo erectus cranium from Lantian (Gongwangling), China". Journal of Human Evolution. 78: 144–157.
  • Greshko, Michael (2018-07-11). "Oldest Tools Outside Africa Found, Rewriting Human Story". National Geographic.